Senin, 08 April 2013

Pemanfaatan Tekonologi Informasi (TI) Dalam Layanan Bimbingan Dan Konseling

Oleh: Edris Zamroni
A.     PENDAHULUAN
Berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi merupakan perwujudan terjadinya perubahan kearah positif budaya yang dimiliki oleh manusia. Hal ini didasari pada sebuah keyakinan bahwa setiap hasil dari daya yang dimiliki manusia baik cipta, rasa, karsa dan karya yang dikatakan sebagai sebuah budaya dalam wujud teknologi akan meningkatkan produktifitas kerja manusia. Dikatakan demikian karena teknologi tercipta sedianya akan mempermudah serta meningkatkan efektifitas kerja manusia, sehingga manusia menjadi lebih produktif dalam bekerja. Teknologi juga dapat dikatakan sebagai hasil budaya manusia karena merupakan hasil dari gagasan manusia yang akhirnya melahirkan sebuah karya dan dapat menunjang kehidupan manusia.


Salah satu bidang kehidupan manusia yang saat ini sedang giat dalam menempatkan teknologi sebagai bagian penting dari proses dan program kerjanya adalah bidang pendidikan. Pendidikan menjadi salah satu bidang yang mencoba meningkatkan peranan teknologi sebagai salah satu penunjang proses peningkatan efektifitas hasil kerja melalui optimalisasi serapan peserta didik terhadap materi pembelajaran dan pendidikan. Salah satunya diwujudkan dengan pemanfaatan media-media pembelajaran berbasis komputer yang diharapkan dapat menarik minat dan memotivasi peserta didik dalam pembelajaran. Seperti dengan mulai diterapkannnya pembelajaran berbasis multimedia, e-learning serta pemanfaatan beberapa aplikasi komputer dalam pembelajaran. Selain itu kini juga semakin marak situs-situs internet yang menyediakan berbagai materi pelajaran yang dapat diakses gratis maupun berbayar yang dapat menunjang ketercapaian target kompetensi dasar yang harus dikuasai oleh peserta didik/ siswa.
Bimbingan dan konseling sebagai bagian integral pendidikan juga tak luput dari sentuhan-sentuhan teknologi dalam pelaksanannya. Semakin ditegaskannya peranan bimbingan dan konseling dalam sistem pendidikan nasional melalui UU No. 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional serta penegasan profesi bimbingan dan konseling dalam tatanan pedidikan formal (Abkin, 2008) seharusnya menjadi rujukan utama para konselor[2][2] dalam mengoptimalkan peranan teknologi dalam setiap layanan yang diberikan, baik itu secara klasikal, kelompok maupun dengan format individual. Sehingga proses pelayanan bimbingan dan konseling yang diharapkan dapat memandirikan siswa dapat secara optimal tercapai melalui alat bantu maupun layanan-layanan yang berbasis penggunaan teknologi informasi. Apa dan bagaimana sebenarnya peranan teknologi serta sejauh mana manfaatnya dalam bimbingan dan konseling baik bagi konselor maupun siswa, akan dibahas dalam makalah ini.

B.     MANUSIA DAN BUDAYA
1.       Manusia dan Budaya Sebagai Sebuah Kesatuan
Manusia dikaruniai oleh Tuhan YME dengan berbagai kelebihan sehingga mampu menciptakan berbagai hal yang dapat menunjang kehidupannya. Sebagaimana diketahui bahwa sebagai khalifah atau pemimpin di bumi manusia dianugrahi dengan keistimewaan berupa kemampuan berpikir dan merasa yang jauh lebih tajam dibandingkan makhluk Tuhan yang lain tentunya akan mampu melahirkan karya cipta baik immaterill (misalnya dalam bentuk gagasan) maupun materiil (misal dalam bentuk benda-benda karya manusia). Hasil karya semacam ini sering diarTIan sebagai budaya yang dimiliki oleh manusia.
E.B.Taylor (1987)[3][3] memberikan pengertian bahwa budaya adalah keseluruhan yang kompleks, didalamnya terdapat ilmu pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat istiadat dan kemampuan-kemampuan yang lain serta kebiasaan yang didapat manusia sebagai anggota masyarakat. Pengertian ini meniTIberatkan pada sisi dimana budaya merupakan sesuatu yang kompleks yang dihasilkan manusia melalui situasi bermasyarakat.
Koentjaraningrat (1980) berpendapat bahwa budaya merupakan keseluruhan sistem gagasan, tindakan dan hasil karya manusia dalam rangka kehidupan bermasyarakat yang dijadikan milik diri manusia melalui proses belajar. Pengertian ini merujuk pada bagaimana kemampuan berpikir dan merasa memalui gagasan, dilanjutkan dengan sebuah tindakan akan melahirkan sebuah hasil karya dalam kehidupan bermasyarakat dan akhirnya lahirlah sebuah budaya.
Dengan demikian, budaya atau kebudayaan memiliki arti yang luas dibandingkan yang merupakan bagian dari kebudayaan itu sendiri Dengan kata lain kebudayaan menyangkut beberapa aspek yang antara lain adalah:
a.       tingkah laku;
b.       hasil-hasil tingkah laku; dan
c.       aturan-aturan tingkah laku yang terpola dalam kehidupan masyarakat.
Aspek-aspek diatas mrupakan bagian dari pribadi manusia secara utuh. sehinga dari dua pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa, budaya dan manusia adalah satu kesatuan, budaya takkan pernah ada tanpa manusia begitu pula sebaliknya. Sebagai sebuah hasil dari buah pikir manusia, budaya adalah akibat dari manusia yang memiliki gagasan kemudian bertindak dan melahirkan sebuah karya yang akhirnya bisa dimanfaatkan secara bersama dalam masyarakat.

2.       Teknologi Informasi Sebagai Bentuk Budaya Manusia
Teknologi informasi adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan item peralatan (hardware) dan program komputer (software) yang memungkinkan kita untuk mengakses, menyimpan, mengorganisir,  memanipulasi, dan menyajikan informasi dengan cara elektronik[4][4].  Dengan demikian apapun informasi yang didapat oleh manusia dapat diproses dengan menggunakan teknologi informasi sehingga dapat memiliki nilai tambah terutama dari segi manfaat bagi manusia.
Teknologi informasi merupakan sebuah perwujudan materiil hasil dari sebuah gagasan yang dimiliki manusia dalam mencari cara mempermudah manusia dalam bekerja. Dari sebuah tindakan dengan berbagai penelitian dan percobaan-percobaan kemudian dihasilkanlah sebuah metode atau cara dengan menggunakan alat elektronik (komputer, hand phone, modem, dsb.) untuk mengolah informasi yang didapatkan. Hal inilah yang menjadi bahan rujukan bahwa teknologi informasi merupakan wujud hasil budaya manusia. Alat-alat ini akan mempermudah, mengefektifkan serta meningkatkan efisiensi kerja manusia sehingga lebih produktif dalam bekerja.
Sebagai hasil budaya yang selayaknya dapat membantu mempermudah kerja manusia, teknologi selayaknya menjadi enabler dimana yang seharusnya tidak ada, dengan adanya teknologi bisa diwujudkan keberadannya[5][5]. Seperti kesulitan menemukan bibit padi yang unggul, dengan adanya teknologi rekayasa geneTIa maka dimungkinkan diciptakannya bibit padi berkualitas terbaik. Dalam bidang-bidang yang lain, teknologi juga diharapkan memliki peran yang sama besarnya seperti yang dijelaskan diatas. Terutama dalam dunia pendidikan dimana diharapkan dengan adanya perkembangan teknologi informasi diikuti pula dengan munculnya inovasi-inovasi baru dalam pembelajaran. Sehingga, pada akhirnya upaya optimalisasi potensi peserta didik dapat tercapai dengan baik.
C.     PERANAN TEKNOLOGI INFORMASI DALAM PENDIDIKAN
1.       Asumsi Dasar Pemanfaatan Teknologi Informasi di Dunia Pendidikan
Teknologi informasi dalam pendidikan mencakup setiap kemungkinan sarana (alat) yang dapat digunakan untuk menyajikan informasi dalam pendidikan dan latihan. Ellington (1989) menyatakan bahwa teknologi dalam pendidikan pada dasarnya adalah apa yang oleh teknologi pendidikan dipopulerkan dengan nama alat bantu pandang dengar (audiovisual aid). Selanjutnya dikembangkan dalam pembelajaran untuk pencapaian tujuan pembelajaran tertentu. Teknologi dalam pendidikan merupakan perpaduan Aspek Teoritis Dalam Pendidikan, Aspek Perangkat Keras (komponen yang saling bergantung tetapi tidak berbeda satu sama lainnya) dan Aspek Perangakat Lunak (berkenaan dengan benda yang dipakai pada perangkat keras).
Technology is a tool. A Means to the end. Not the end in itself (anonymous).” Dalam konteks pendidikan, sesungguhnya peran TI adalah sebagai “enabler” atau alat untuk memungkinkan terjadinya proses pembelajaran yang efektif dan efisien serta menyenangkan. TI adalah sarana untuk mencapai tujuan, bukan tujuan itu sendiri.
Dengan demikian, bila dilihat dari sisi peran TI bagi guru, maka eLearning yang sesungguhnya adalah pemanfaatan TI secara relevan dan tepat oleh guru untuk memungkinkan dirinya:
a.    menjadi fasilitator, kolaborator, mentor, pelatih, pengarah dan teman belajar.
b.    dapat memberikan pilihan dan tanggung jawab yang besar kepada siswa untuk mengalami peristiwa belajar.
Jika, pemanfaatan TI oleh guru bertujuan hanya untuk mempermudah dirinya menyampaikan materi, dimana ia sebagai satusatunya sumber informasi dan sumber segala jawaban, maka empat keterampilan masyarakat abad 21 yang dicanangkan PBB di atas tidak akan berhasil. (adaptasi dari Division of Higher Education, UNESCO, 2002). Sementara itu, bila dilihat dari sisi peran TI bagi siswa, maka e-learning yang sesungguhnya adalah pemanfaatan TI secara relevan dan tepat oleh guru untuk memungkinkan siswa:
a.    menjadi partisipan aktif. Jika pemanfaatan TI dalam pembelajaran masih membuat siswa tetap pasif, seperti guru mengajar dengan menggunakan slide presentasi dimana yang masih dominan adalah dirinya, maka sia-sialah teknologi tersebut digunakan.
b.    menghasilkan dan berbagi (sharing) pengetahuan/keterampilan serta berpartisipasi sebanyak mungkin sebagaimana layaknya seorang ahli.
c.    belajar secara kolaboratif dengan siswa lain.

2.       Pemanfaatan TI Sebagai Wujud Reformasi Pembelajaran
Berkembangnya pemikiran-pemikiran tentang sistem pendidikan atau model pembelajaran yang terbaik untuk masa depan yang didahului dengan berkembangnya teori dan pengetahuan mengenai otak dan kecerdasan manusia pada dasarnya merupakan dinamika dari obsesi untuk menggelar reformasi pembelajaran (school reform). Amerika Serikat, sebagai sebuah negara yang sering dijadikan ukuran dalam kemajuan di berbagai bidang, sudah mulai merasakan kebutuhan akan school reform, bahkan education reform, sejak akhir 1980-an. Saat itu, masyarakat Amerika menganggap sistem pendidikan yang tengah berlaku tidak mampu lagi mengikuti kemajuan bidang-bidang lainnya, khususnya dunia kerja (bisnis) (Means, 1993).
Keinginan untuk melakukan perubahan fundamental dan inovasi sebagai upaya reformasi pendidikan didukung oleh banyak pihak yang berkepentingan (stake holders) seperti para gubernur dan legislator, koalisi-koalisi bisnis, dan juga para pendidik termasuk asosiasi guru, lembaga-lembaga pendidikan, dan para administrator sekolah. Selanjutnya, merebaklah perdebatan serius di antara para pendidik, penentu kebijakan, dan warga negara, mengenai bentuk reformasi struktural yang paling ideal.
Dari teori-teori yang berkembang dan praktik-praktik di berbagai negara, dan dalam rangka melaksanakan gerakan pembaruan pendidikan, dapat ditarik kesimpulan bahwa ada dua aspek pembaruan yang penting, sebagai berikut:
a.    Pembaruan pendekatan pembelajaran, yang menyangkut esensi, materi dan metode pembelajaran. Pembaruan ini dilantari oleh berbagai temuan/teori/konsep baru yang berkembang mengenai otak dan kecerdasan, dan dipicu oleh perubahan multidimensional dalam lingkungan hidup dan kehidupan yang menuntut komitmen dan kemampuan manusia (SDM) yang makin tinggi,
b.    Pemanfaatan teknologi informasi/komunikasi yang sudah sedemikian canggih untuk menunjang keberhasilan pembaruan strategi dan teknik pembelajaran.
Kedua aspek pembaruan tersebut menyatu dalam semangat dan misi untuk melakukan reformasi pembelajaran (school reform), bahkan reformasi pendidikan (education reform). Reformasi ini niscaya melibatkan aspek-aspek yang lebih luas, seperti pembaruan kelembagaan, peraturan/legislasi, manajemen, pembiayaan, dan sumber daya manusia. Semua ini hanya dapat dilakukan dengan landasan komitmen politik (political will) negara untuk memajukan pendidikan.
Salah satu upaya fundamental yang mulai dirintis oleh pemerintah Indonesia dalam hal ini adalah Kementrian Pendidikan Nasional atau sekarang telah berganti menjadi Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan adalah mulai dirancangnya peningkatan peranan teknologi dalam proses pembelajaran. Hal ini dituangkan dalam Rencana Strategis Kemetrian Pendiikan Nasional Tahun 2010 – 2014 dimana peningkatan sistem tata kelola yang handal tentunya didukung dengan adanya peningkatan kualitas pengguaan teknologi informasi dalam pengelolaan manajemen instansi pendidikan.
ICT (Information Comunication Technology) kini telah menjadi poin penting dalam program pengembangan pendidikan nasional. Dalam rencana strategis kementrian pendidikan nasional 2005 - 2009 juga telah dirumuskan bahwa pengembangan dan pemanfaatan ICT untuk mendukung peningkatan peran dan fungsi pelayanan pendidikan. Sistem yang dikembangkan diusahakan untuk dapat memenuhi dua hal, yaitu (a) kebutuhan manajemen atas sistem pendataan dan informasi yang akurat, mutakhir (uptodate) , dan mudah diakses; (b) kebutuhan masyarakat atas data dan informasi pelayanan pendidikan. Beberapa kegiatan yang sifatnya pengembangan dan pemanfaatan ICT, antara lain sebagai berikut (1) merancang dan mengimplementasikan sistem jaringan pendidikan nasional (Jardiknas), yang mencakup jaringan intranet dan internet, yang terhubung ke semua unit utama dan unit kerja Depdiknas di pusat, dinas pendidikan provinsi, dinas pendidikan kabupaten/kota, satuan pendidikan/sekolah, UPT pendidikan lainnya dengan pusat data dan aplikasi/IDC (Information Databse Center), (2) merancang dan membuat aplikasi pangkalan data (database) yang menyimpan dan pengolah data dan informasi sistem dan prosedur keuangan, sistem perencanaan dan sistem monitoring, sistem kepegawaian, sistem pengawasan internal, sistem aset, sistem nomor pokok sekolah nasional (NPSN), sistem nomor induk siswa nasional (NISN), sistem nomor induk mahasiswa, sistem nomor induk guru nasional (NIGN), sistem nomor induk dosen, dan konten-konten pembelajaran lainnya; (3) menyediakan dan meningkatkan pemanfaatan TV edukasi sebagai materi pengayaan dalam rangka menunjang peningkatan mutu pendidikan; dan (4) memfasilitasi pengumpulan/pemanfaatan media massa guna peningkatan proses pembelajaran dan pengajaran. Selain itu juga akan dilakukan penataan sistem dan mekanisme inventarisasi dan dokumentasi sarana,prasarana dan aset pendidikan, termasuk pengelolaan dokumen dan arsip Depdiknas yang saat ini mengadapi kesulitan. Kegiatan ini dapat memanfaatkan peran TIK yang dapat mentransformasikan pendataan dan kearsipan konvensional ke sistem digital (Kemendiknas. 2005: 60).
Secara eksplisit, dalam Rencana Strategis Kementrian Pendidikan Nasional Tahun 2010 - 2014 yang tercantum dalam BAB VI poin 6.4. akan dibangun sistem dan teknologi informasi terpadu berbasis media komputer dan internet (Jardiknas) yang akan menyimpan seluruh database pendidikan dalam skala nasional. Selain itu, dimungkinkan juga pembelajaran berbasis e-learning dimana proses belajar mengajar tanpa harus dilakukan dengan tatap muka. Dengan demikian, maka pemanfaatan media teknologi informasi terutama yang berbasis komputer mutlak harus dikuasai dan dilaksanakan oleh setiap tenaga pendidik maupun kependidikan untuk mencapai tujuan dari rencana strategis kemendiknas tersebut (Kemendiknas. 2010: 77).
Dengan adanya peningkatan peran TI serta peningkatan kualitas pendayagunaan TI terutama dalam proses pembelajaran diharapkan dapat melahirkan inovasi-inovasi baru serta semakin variatifnya metode pembelajaran. Sehingga, metode pembelajaran konvesnsional yang dikatakan menjenuhkan dan cenderung kurang aspiratif dapat segera terreformasi melalui penggunaan media TI. Media serta metode pembelajaran yang variatif dan inovatif secara linear juga berdampak pada daya serap peserta didik terhadap materi belajar. Hal ini lebih dilatar belakangi oleh minat yang meningkat serta peningkatan interaktifitas proses pembelajaran yang akan memfasilitasi potensi berkembang dari setiap peserta didik. Melalui media-media interaktif pembelajaran berbasik TI inilah diharapkan hal-hal semacam ini muncul. Sehingga pemanfaatan TI sebagai media reformasi pembelajaran tentu hal yang patut menjadi pertimbangan utama dalam pengembangan kurikulum serta teknik dan metode mendidik para peserta didik.

D.     TEKNOLOGI INFORMASI DAN PERANANNYA DALAM BIMBINGAN DAN KONSELING
1.       Gambaran Umum dan Penyebab Perlunya Pemanfaatan Tekologi Informasi dalam Layanan Bimbingan dan Konseling
Bimbigan konseling sebagai bagian integral dari pelayanan pendidikan juga tak luput dari sentuhan – sentuhan peningkatan peran TI. Sesuai dengan Permendiknas No. 22 Tahun 2006 tentang standar isi, bimbingan konseling adalah salah satu wadah bagi proses pengembangan diri siswa dimana konselor sebagai petugas bimbingan konseling yang akan membantu memfasilitasi perkembangan siswa secara optimal. Ditegaskan pula dalam pasal 1 poin ke-6, UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional bahwa konselor adalah bagian dari tenaga pendidik yang harus turut serta berpartisipasi dalam mewujudkan terselenggaranya pelayanan pendidikan yang berkualitas.
Upaya komputerisasi pelayanan bimbingan konseling sudah mulai dikembangkan beberapa tahun terakhir. Di kancah internasional, beberapa jurnal ilmiah telah membahas tentang hal ini. Beberapa judul jurnal ilmiah seperti “A School Counseling Program CD-ROM To Foster Family Midle School Engagement[6][6]” telah mengulas bagaimana penggunaan media berbasis CD-ROM untuk membantu permasalahan keluarga. Dalam judul lain “e-Guidance & Virtual career development[7][7]” dimana ide utamaya adalah meberikan pelayanan bimbingan karier untuk mengembangkan karier dengan bantuan media ICT. Selanjutnya dalam “ICT for Counseling and Careers Guidance Services[8][8]”, dijelaskan bahwa pemanfaatan ICT dapat membantu konselor dalam pelaksanaan pelayanan bimbingan karier bagi klien. Selain itu masih banyak lagi jurnal tentang bimbingan dan konseling yang membahas tentang pemanfaatan ICT untuk membantu proses pelayanan bimbingan konseling yang lebih baik.
Di Indonesia, ada beberapa judul yang juga membahas tentang pemanfaatan ICT dalam pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling. Dalam sebuah disertasi yang disusun oleh Hartono[9][9](2009) dengan judul “Efektivitas Bimbingan Karier Berbantuan Komputer Terhadap Kemandirian Pengambilan Keputusan Karier Siswa SMA” yang juga telah mengembangakan software berbasis Delphi 7 yang diberi nama PLABK-SMA yang bisa dijadikan sebagai alat bantu dalam melaksanakan bimbingan karier untuk meningkatkan kemadirian siswa dalam mengambil keputusan yang terkait dengan pilihan karier yang akan dipilih oleh siswa. Dalam hasil penelitian lain yang disusun oleh Nur Hidayah dan Triyono (2009) telah mengembangkan konseling kolaboratif berbasis ICT dimana digunakan media ICT dengan dikolaborasikan model konseling yang telah ada untuk melaksanakan pelayanan bimbingan dan konseling[10][10]. Sebelumnya Agus Triyanto (2006) juga telah memberikan konsep aplikasi komputer untuk pelayanan bimbingan dan konseling[11][11].
Di pertengahan tahun 2007 Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) meluncurkan software analisis tugas perkembangan berbasis komputer yang diberi nama ATP. Software ini dirancang untuk tiga jenjang pendidikan mulai dari SD, SMP, SMA sampai dengan perguruan tinggi dengan memakai dasar teori tugas perkembangan di masing – masing jenjang pendidikan. Tidak hanya UPI, program pendidikan profesi konselor (PPK) Universitas Negeri Semarang yang digawangi oleh para mahasiswanya juga mulai menyusun dan meluncurkan software analisis psikologis manusia serta instrumen berbasis media komputer yang diharapkan mampu mmambantu proses pelayanan bimbingan dan konseling. Software yang dimaksud adalah aplikasi pengolah dan analisis sosiometri, DCM, AUM PTSDL serta self esteem dan locus of control berbasis microsoft excel yang dibuat dan dikembangkan oleh Akhmad Rifa`i dan Mastur sebagai mahasiswa PPK Unnes angkatan kedua. Selain itu sebagai salah satu produk disertasi Hartono (2009) juga menghasilkan software analisis baru yang diberi nama PLABK-SMA yang berfungsi membantu konselor dalam melaksanakan bimbingan karier pada siswa SMA.
Secara khusus dalam konteks bimbingan karir, upaya pemanfaatan ICT telah mulai dirilis sejak awal tahun 1998. Diawali oleh penelitian untuk disertasi dari John Fannin Leckie (1998) dengan judul “The Effect Of A Computer-Assisted Career Guidance Program And A Vicarious Experience On Career Decision-Making Self-Efficacy” telah berhasil mengungkap bahwa bimbingan karir berbantuan komputer dapat meingkatkan penilaian seseorarang akan keberhasilan karir yang telah dipilih. Kemudian dilanjutkan oleh Sampson dari The Florida State University (2000) dengan judul penelitian “Computer-Assisted Career Guidance: Ethical Issues Bibliography”. Di Indonesia upaya pemanfaatan teknologi untuk bimbingan karir telah dimulai oleh Hartono (2009). Dalam disertasinya yang berjudul “Efektifitas Bimbingan Karir Berbantuan Komputer Terhadap Kemandirian Pengambilan Keputusan Karir Siswa Kelas XI SMA Negeri 10 Surabaya” yang dilakukan di Surabaya, telah berhasil memanfaatkan media ICT yaitu komputer untuk membantu siswa untuk meningkatkan kemandirian pengambilan keputusan karir. Selain itu dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Zamroni (2011) di SMA 1 Gebog Kudus menunjukkan bahwa, pemanfaatan TI dapat pula membantu meningkatkan kematangan karir siswa.
Upaya – upaya semacam ini harus tetap dikembangkan guna peningkatan kualitas layanan bimbingan dan konseling terutama dalam ranah pendidikan formal sebagai lahan garapan utama bimbingan dan konseling. Dengan dukungan sistem serta manajemen instansi pendidikan yang kuat, niscaya TI akan menjadi faktor penujang yang akan mempengaruji secara signifikan tercapainya optimalisasi potensi peserta didik serta peningkatan kemandirian peserta didik melalui layanan bimbingan dan konseling.

2.       Tujuan Digunakannya TI dalam Bimbingan dan Konseling
Pada umumnya bimbingan dan konseling dengan memanfaakan TI memiliki tujuan umum bimbingan dan konseling yaitu membantu siswa/ peserta didik memperoleh kehidupan yang membahagiakan serta berkembangnya potensi secara optima melalui layanan bimbingan dan konsleingl. Namun, secara lebih spesifik bimbingan dan konseling mmemiliki tujuan sebagai berikut:
a.    Untuk mempermudah konselor dalam memberikan layanan bimbingan dan konseling kepada peserta didik. Kemudahan akses dan penyimpanan serta pengolahan data yang didapat melalui penggunaan TI menjadi alasan utama mudahnya konselor dalam memberikan layanan bagi peserta didik.
b.    Memberikan alat bantu baik bagi siswa maupun konselor dalam upaya melakukan investigasi tentang minat, bakat, serta pilihan – pilihan karir, statistik pekerjaan dan pendidikan yang dibutuhkan untuk memperoleh capaian karir tertentu serta mengintai kesempatan yang bisa didapat.
c.    Membantu siswa dalam mencapai kesadaran diri, melakukan eksplorasi diri, memecahkan masalah – masalah pribadi serta sosial dan mengembangkan keterampilan dalam mengambil keputusan dalam setiap masalah yang dihadapi.
d.    Untuk meningkatkan minat atau daya tarik siswa terhadap pelayanan bimbingan dan konseling yang diselenggarakan oleh konselor. Melalui perangkat multimedia yang disajikan oleh konselor siswa akan tertarik untuk memahami materi layanan yang tentunya penting bagi perkembangannya dalam menjalani kehidupan secara mandiri.
e.    Mempermudah akses siswa dalam memperoleh layanan bimbingan dan konsleling serta berbagai macam sumber informasi yang penting bagi pengenbangan diri siswa.
Tujuan-tujuan diatas akan tercapai jika saja sistem serta manajemen instansi pendidikan memberikan dukungan penuh bagi para konselor di lapangan dengan memberikan sarana dan pra-sarana yang dibutuhkan. Selain itu, peningkatan kompetensi sumber daya manusia BK (Konselor) terutama yang berkaitan dalam penggunaan alat berteknologi tinggi baik software maupun hardware juga sangat dibutuhkan.

3.       Metode Penggunaan TI dalam BK
Pemanfaatan TI dalam berbagai kesempatan layanan bimbingan dan konseling, pada umumnya menggunakan dua metode yaitu:
a.       Online
Kata online diartikan adalah sebagai komputer atau perangkat yang terhubung ke jaringan (seperti Internet) dan siap untuk digunakan (atau digunakan oleh) komputer atau perangkat lain. Dengan kata lain, online juga mengandung arti hubungan telekomunikasi peer to peer yang membuat dua manusia terhubung. E-counseling adalah istilah yang lazim digunakan untuk menggambarkan proses konseling secara online[12][12]. Layanan ini merupakan salah satu upaya yang dapat dilakukan oleh konselor dalam mengurangi masalah yang dihadapi oleh klien. Seiring dengan berkembangnya teknologi informasi, hal Ini merupakan tantangan bagi konselor, sehingga konselor secara otomatis dituntut untuk berpartisipasi dan menguasainya, kondisi ini memungkin pelaksanaan konseling tidak hanya dilakukan tatap muka di ruang tertutup, tetapi dapat dilakukan melalui format jarak jauh.
Beberapa cara yang bisa digunakan antara lain adalah:
·         Web Blog sebagai penyedia informasi bagi peserta didik tentang segala hal yang dibutuhkan dalam mengembangkan dirinya.
·         Chatting, metode ini biasanya digunakan untuk konseling jarak jauh yang memerlukan penanganan segera namun terhalang jarak dan waktu.
·         E-mail, surat elektronik sekarang menjadi trend karena media yang dianggap cepat dan terjaga privasinya untuk menyampaikan aspirasi maupun curahan hati kepada konselor.
·         Short Message Service (SMS), adalah media yang paling digemari karena semakin terjangkaunya perangkat yang dibutuhkan guna tersampaikannya pesan yang dingin disampaikan dari siswa pada konselor maupun sebaliknya.
·         Telephone, sama seperti chatting media ini juga sering digunakan sebagai media konseling secara langsung terutama dengan mulai adanya teknologi video call yang dapat menampilkan ekspresi wajah siswa dalam konseling.
Beberapa metode diatas dapat dijalankan jika tersedia perangkat berupa HP/ Telepone, PC (Personal Computer), laptop modem dan beberapa sarana pendukung yang lain seperti koneksi internet dan headphone.
b.       Offline
Penggunaan teknologi dalam layanan bimbingan dan konseling dengan mode offline (tidak tersambung dengan ineternet maupun media komunikasi jarak jauh yang lain) lebih pada pemanfaatan komputer sebagai media pengolah data serta alat bantu dalam layanan bimbingan dan konseling mislanya dengan menggunakan beberapa program komputer seperti microsoft power point, video player dan beberapa media interkatif lain dalam melayani siswa. Selain itu, beberapa program pengolah data seperti micdrosoft excel dan microsoft access serta visual basic kini tersedia terutama dalam membantu konselor dalam menampilkan layanan yang prima terhadap peserta didik.

4.       Berbagai Produk TI dalam Layanan Bimbingan dan Konseling
Produk teknologi informasi yang umumnya dipakai dalam bimbingan dan konseling adalah berbagai program komputer yang dapat dijadikan sebagai alat bantu pelayanan. Baik yang sifatnya sebagai pengolah data maupun sebagai media pelayanan langsung untuk peserta didik. Beberapa program yang dimaksud antara lain sebagai berikut:
a.       Media berbasis Power Point
Media yang disusun dengan basic power point biasanya adalah materi presentasi materi layanan bimbingan dan konseling. Baik yang sifatnya ice breaking maupun yang penuh dengan materi yang harus dipahami dan dikuasai peserta didik dalam berkembang mencapai tujuan dan cita-cita pendidikannya secara optimal.
b.       Media berbasis Microsoft Excel
Media berbasis Microsoft Excel biasanya digunakan dalam mengolah dan menganalisis data sebagai sumber informasi utama dalam memberikan layanan kepada peserta didik. Banyak dari program-program komputer yang menggunakan excel kini mendapatkan sambutan positif dari konselor sebagai pengguna.
Beberapa produk yang menggunakan excel sebagai basis utamanya antara lain adalah pengolah data DCM, Sosiometri, slef-esteem dan locus of control, multiple intelegence dan AUM PTSDL berbasis komputer. Produk ini pertama kali disusun oleh Akhmad Rifa`i dan Mastur sebagai tugas dalam memperoleh gelar profesi konselor dari PPK UNNES pada tahun 2009. Sekarang, berbbagai produk ini telah dikemas dengan apik, untuk bisa dimanfaatkan oleh konselor di lapangan untuk membantu proses kerjanya. Aplikasi sebagaimana disebutkan diatas adalah bentuk aplikasi instumentasi berbasis komputer yang dapat membantu konselor dalam mengolah data untuk memahami siswanya. Program seperti yang disebutkan diatas adalah beberapa instrumen need assesment sebagai dasar penyusunan program layanan bimbingan dan konseling berbasis kebutuhan siswa. dengan adanya program pengolah data ini, niscaya pkerjaan konselor bisa lebih efisisen dan produktif karena sipermudah dengan program-program pendukung.
Selian instrumen diatas, pada tahun 2010 Andori, dkk. dibawah naungan KES Konseling Tegal mulai merilis IKMS (Identifikasi Kebutuhan Masalah Siswa). Aplikasi ini merupakan sebuah kesatuan dari mulai check list kebutuhan layanan siswa sebagai need assesment serta pengolah data untuk menyusun program layanan hingga pada penyusunan satuan layanan maupun satuan pendukung BK. Di tahun yang sama, Eko Susanto menyusun e-sosiometri sebagai produk tesisnya untuk memperoleh gelar Magister Pendidikan dari Universitas Negeri Padang. Pada prinsipnya aplikasi yang disusun diharapkan dapat memetakan kondisi interaksi sosial dalam sebuah kelompok. Sama halnya seperti aplikasi yang telah disusun sebelumnya oleh Mastur dan Akhmad Rifa`i, aplikasi yang disusun oleh Eko Susanto ini merupakan produk yang dilengkapi dengan adanya sosiogram melalui grafik excel yang diharapkan mempermudah pemahaman konselor terhadap kemampuan interaktifitas peserta didik.
Selain beberapa produk diatas, telah disusun pula ABKARS (Analisis Bimbingan Karir Untuk Siswa SMA) sebagai produk skripsi dari Edris Zamroni pada tahun 2011. Aplikasi ini memuat berbagai data seperti data pribadi siswa, aspirasi siswa terhadap ilihan studi, profil akademik siswa, tingkat kematangan karir siswa (olah data Career Maturity Inventory), gambaran domiasi kecerdasan berdasarkan multiple intelegence, kecenderungan siswa dalam menghargai dirinya (selef-esteem) dan lokus kendali terhadap keputusan yang telah dibuat serta potensi permasalahan yang dihadapi oleh siswa. Aplikasi ini disusun dengan harapan membantu pemahaman konselor dan peserta didik dengan informasi yang lebih kompleks tentang dirinya. Dengan ide yang sama, kini Akhmad Rifa`i (2011) sedang mengembangkan Aplikasi Instrumentasi Terpadu berbasis Komputer dengan instrumen yang lebih lengkap dan kompleks terutama dalam membantu pemahaman diri konselor terhadap peserta didik dan peserta didik terhadap dirinya.

c.       Aplikasi dengan Software Developer lain.
Selain dengan perangkat program Excel, telah disusun pula program pendukung BK yang lain dengan basis visual basic (VB), C++ dan Delphi dengan orientasi sama, yaitu mempermudah konselor dalam menganalisis perkembangan siswa. Beberapa program itu ada yang buatan dalam negeri ada pula yang produk luar negeri.
Perangkat lunak pertama yang bisa deitemui adalah program sociogram. Program ini adalah pengolah data yang membantu konselor dalam membuat sisogram atau grafik sosiometri dari interaksi individu dalam kelompok. Dengan menu yang lebih lengkap kemudian Ladys Group[13][13] membuat program yang dilengkapi dengan berbagai indeks interaksi sosial, sosiogram serta keleluasaan dalam memilih tema hubungan sosial dalam sebuah kelompok.
Pada tahun 2007 Universitas Pendidikan Indonesia meluncurkan ATP (Analisis Tugas Perkembangan) yang merupakan program pengolah data ITP (Inventori Tugas Perkembangan) dari mulai jenjang siswa SD, SMP, SMA hingga Perguruan Tinggi. Program ini akan memberikan gambaran tentang bagaimana tingkat ketercapaian masing-masing tugas perkembangan yang harus dijalanai peserta didik baik pada jenjang SD, SMP maupun SMA hingga Mahasiswa pada Perguruan Tinggi.
Pada bidang bimbingan karir, Hartono (2009) menciptakan PLABK-SMA (Perangkat Lunak Analisis Bimbingan Karir untuk SMA) sebagai produk Disertasinya di Universitas Negeri Malang. Program ini bertujuan untuk membantu siswa memahami diri, informasi karir dan pada akhirnya mampu memutuskan pilihan karir secara mandiri. Konten-konten yang ada dalam program ini bisa selalu di­ update sehingga informasi-informasi yang ada lebih relevan sesuai dengan perkembangan zaman.
Berbagai program diatas adalah gambaran betapa banyaknya produk teknologi informasi yang seharusnya bisa dimanfaatkan dalam layanan bimbingan dan konseling.

5.       Penampilan Profesional Konselor dengan Memanfaatkan TI dalam Layanan BK
Jika kita merujuk pada Permendiknas No. 27 Tahun 2008 tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Konselor (SKAKK) maka, upaya profesionalisasi adalah harga mati untuk meningkatkan mutu layanan BK. Penggunaan TI adalah salah satu wujud upaya pengembangan kompetensi yang diharapkan mampu menunjang kinerja konselor dalam menampilkan kerja yang profesional dalam penyelenggaraan layanan bimbingan dan konseling.
Sebagaimana disebutkan pada poin 11 kompetensi profesional konselor dalam SKAKK dimana konselor harus menguasai konsep dan praksis asesmen untuk memahami kondisi, kebutuhan, dan masalah konseli seharusnya upaya peningkatan profesionalitas kerja melalui TI harus menjadi prioritas. Efisiensi serta efektifitas yang dijanjikan dalam menampilkan kompetensi sebagaimana dimaksud selayaknya menjadi pertimbangan yang mendorong peningkatan peranan TI dalam layanan yang diberikan kepada siswa. Sehingga, konselor dapat memberikan layanan yang up to date sesuai dengan perkembangan zaman dan perkembangan peserta didik.
Keterampilan dasar yang harus dikuasai oleh konselor dalam menggunakan TI antara lain adalah:
a.       Word Processing / Publication Desktop untuk menciptakan dokumen layout menarik
b.       Menciptakan laperan berkala visual menarik, efektif menggunakan grafik, infonnatifdan menarik
c.       Database (dokumentasi siswa) dan Spreadsheet (tabel dan grafik)
d.       Presentasi Multimedia.
e.       Sumber daya elektronik dan internet, yaitu: a) Membuat, mengirim, menerima e-mail, b)Daftar, ambil bagian diskusi elektronik ( Milis atau mailing list ), c) Mencari, menyaring infonnasi di internet, d) Mampu menggunakan search Engine, e.) Mampu ngobrol . ( chatting )
Selanjutnya keterampilan juga harus dimiliki oleh konselor dalam mewujudkan penampilan seperti yang diharapkan diatas antara lain adalah (Triyanto, 2006):
a.       Keterampilan menggunakan komputer yakni bagaimana menggunakan komputer dengan berbagai operating system seperti windows xp, windows 7, linux, apple operating system serta android.
b.       Keterampilan dalam menggunakan komputer sebagai alat untuk menulis, membaca dan presentasi dengan berbagai program yang tersedia seperti microsoft word, microsoft excel, microsoft power point dan lain sebagainya.
c.       Keterampilan menyusun serta membuat program komputer sebagai penunjang layanan dengan menggunakan visual basic, C++, Foxpro dsb. Serta aplikasi pemrograman database seperti microsoft access, ms. Excel, SQL Server dsb.
d.       Keterampilan dalam mencari dan mengeksplorasi informasi dengan menggunakan komputer misalnya web browser serta aplikasi internet yang lain.
Berbagai keterampilan serta kompetensi diatas diharapkan mampu meningkatkan profesionalitas kerja konselor utamanya dalam pemanfaatan TI untuk meningkatkan efisiensi, efektifitas serta produktifitas layanan bimbingan dan konselong kepada peserta didik.

6.       Manfaat Teknologi Informasi Dalam Layanan Bimbingan Dan Konseling
Ada beberapa manfaat yang bisa didapat dalam melakukan bimbingan dan konseling dengan menggunakan TI. Manfaat yang dimaksud dijelaskan sebagai berikut.
Bagi siswa sebagai subyek yang mendapatkan pelayanan bimbingan dan konseling :
a.         Memicu ketertarikan minat siswa untuk memanfaatkan (mingikuti) bimbingan dan konseling dengan penuh dukungan; minat (interest), sikap (attitude), perhatian (attention), motivasi (motivation) sehingga merasa betah untuk melibatkan diri dalam kegiatan layanan bimbingan dan konseling yang dilaksanakan.
b.         Siswa memperoleh kemudahan proses, efisiensi waktu dan tenaga dalam kegiatan bimbingan dan konseling, karena dengan menggunakan media berbasis YI dapat dihindarkan kebosanan akibat monotonitas penerapan metode konvensional (Hartono, 2010:37-38).
Selain siswa yang mendapatkan keuntungan, konselor juga dapat memperoleh keuntungan dari penyelenggaraan bimbingan dan konseling berbantuan TI, yatiu:
a.         Menjadikan konselor sebagai pribadi yang terlatih, efektif dan efisisen dalam penggunaan ICT.
b.         Menjadikan konselor sebagai pendidik yang memiliki kepedulian terhadap pendidikan dan penggunaan teknologi informasi dan komunikasi (ICT).
c.         Menjadikan konselor lebih terampil terhadap tren penggunaan teknologi dalam bimbingan dan konseling.
d.         Menjadikan konselor memiliki kemampuan untuk menggunakan sumber – sumber teknologi lain yang dapat dimanfaatkan dalam proses bimbingan dan konseling.
e.         Menjadikan konselor lebih tertarik untuk mengembangkan perencanaan penggunaan teknologi dalam bimbingan dan konseling.
f.          Meningkatkan kemampuan evaluasi (assesment) terhadap efektifitas penggunaan media komputer dalam penyelenggaraan bimbingan dan konseling.
Beberapa keuntungan diatas menguatkan pendapat bahwa pelayanan bimbingan dan konseling berbasis TI dapat meningkatkan kualitas layanan bimbingan dan konseling pada siswa di sekolah.

E.      PENUTUP
Sebagai penutup penulis hanya ingin berpesan bahwa Teknologi Informasi sebagai manifestasi dari hasil budaya manusia adalah hal yang bisa membantu mempermudah kehidupan manusia. Menjadi penting untuk digunakan dalam bimbingan dan konseling karena tuntutan profesional konselor harus bisa menampilkan kinerja yang efisien dan efektif dalam memberikan layanan pada peserta didik. Sehingga potensi kemudahan yang dijanjikan oleh TI layak dipertimbangkan untuk meningkatkan produktifitas layanan serta kualitas layanan yang diberikan kepada peserta didik.

F.      DAFTAR PUSTAKA
Abkin. 2008. Penegasan Profesi Bimbingan dan Konseling Alur Pikir Penataan Pendidikan Profesional Konselor dan Layanan Bimbingan dan Konseling dalam Jalur Pendidikan Formal. Bandung: Abkin.
Chaeruman, Uwes A.  2008. Mendorong Penerapan E-learning Di Sekolah. Disajikan dalam Seminar Pendidikan STKIP Banten, 29 Desember 2008.
Cogoi, Cristina, dkk. 2008.  E-Guidance & Virtual career development. Journal of Career Development. Iowa: Sage.
Hartono. 2009. Efektifitas Bimbingan Karier Berbantuan Komputer Terhadap Kemandirian Pengambilan Keputusan Karier Siswa Kelas XI SMA Negeri 10 Surabaya. Disertasi (tidak diterbitkan). Malang: Universitas Negeri Malang.
Hidayah, Nur dan Triyono. 2009. Pengembangan Model Konseling Kolaboratif Berbasis ICT. Disajikan dalam Kongres Nasional ABKIN 2009, Surabaya September 2009.
Ifdil. 2011. Penyelenggaraan Layanan Konseling Online Sebagai Salah Satu Bentuk Pelayanan E-Konseling. Disajikan dalam Seminar Internasional Bimbingan dan Konseling Universitas Pendidikan Indonesia 29 s/d 30 Oktober 2011.
Palomba, E. 2007. ICT for Counseling and Careers Guidance Services. Research, Reflections and Innovations in Integrating ICT in Education. (Leece: Università del Salento), hal. 1.
Permendiknas No. 22 Tahun 2006 Tentang Standar Isi. 2006. Jakarta: Kemenetrian Pendidikan Nasional.
Permendiknas No. 27 Tahun 2008 Tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Konselor. 2008. Jakarta: Kementtrian Pendidikan Nasional.
Sujono, Herman Dwi dan Abdul Ghofur. 2010. Potensi Pemanfaatan ICT Dalam Dunia Pendidikan. Cakrawala Pendidikan Juni 2010. Yogyakarta: Cakrawala Pendidikan.
Susanto, Eko dan Sukri. 2011. E-Sosiometri: Program Analisis Sosiometri untuk Bimbingan dan Konseling di Sekolah. Disajikan dalam Konvensi Nasional ABKIN XVII Tahun 2011, Pekanbaru, 17 s/d 18 Desember 2011.
Triyanto, Agus. 2006. Aplikasi Teknologi Komputer Untuk Bimbingan Dan Konseling. Paradigma, No. 01 Th. I,Januari 2006. Yogyakarta: Paradigma.
UU No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional. 2003. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.
Walter, Sara Meghab . 2003. A School Counseling Program CD-ROM To Foster Family Midle School Engagement. Journal of Technology in Counseling. (Florida: University of Central Florida), hal. 1.
Zamroni, Edris. 2011. Efektifitas Bimbingan Karir Berbasis ICT Untuk Meningkatkan Kematangan Karir Siswa Kelas X-4 SMA 1 Gebog Kudus Tahun 2010/2011. Skripsi (tidak diterbitkan). Kudus: Universitas Muria Kudus.

Tidak ada komentar: