Tampilkan postingan dengan label Pendidikan. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Pendidikan. Tampilkan semua postingan

Sabtu, 26 Desember 2020

TIPE DAN GAYA KEPEMIMPINAN

 Ditulis Oleh: Wahid Suharmawan

Tipe kepemimpinan dapat diartikan sebagai bentuk atau pola atau jenis kepemimpinan, yang di dalamnya diimplementasikan satu atau lebih perilaku atau gaya kepemimpinan sebagai pendukungnyaSedangkan  Gaya  Kepemimpinan  diartikan  sebagai  perilaku atau cara  yang dipilih dan dipergunakan pemimpin dalam mempengaruhi pikiran, perasaan, sikap dan perilaku para anggota organisasi atau bawahannya. Sehubungan dengan itu Eungene Emerson Jennings dan Robert T Golembiewski mengemukakan 6 tipe kepemimpinan yang terdiri dari :

 A.   TIPE DAN GAYA KEPEMIMPINAN OTORITER

Tipe kepemimpinan ini menghimpun sejumlah perilaku atau gaya kepemimpinan yang bersifat terpusat pada pemimpin (sentralistik) sebagai satu-satunya penentu, penguasa dan pengendali anggota organisasi dan kegiatannya dalam usaha mencapai tujuan organisasi. Pemimpin ini tidak mengikutsertakan dan tidak memperbolehkan bawahan berpartisipasi dalam proses pengambilan keputusan dan tidak mentoleransi adanya penyimpangan. Pemimpin otoriter merasa memperoleh dan memiliki hak-hak istimewa dan harus diistimewakan oleh bawahannya.

Dengan kata lain anggota organisasi/bawahan tidak memiliki hak sesuatu apapun, dan hanya memiliki kewajiban dan tanggung jawab melaksanakan keputusan dan perintah. Tugas dan tanggung  jawab  itu  harus  dilaksanakan  tanpa  boleh  membantah.  Apabila  pelaksanaannya berbeda dari yang diputuskan atau diperintahkan, meskipun hasilnya lebih baik akan diartikan oleh pemimpin  sebagai  penyimpangan  atau  kesalahan  yang  harus dijatuhkan  hukuman atau sanksi.

Senin, 19 Oktober 2020

Inventori Tugas Perkembangan

Salah satu instrument yang dapat digunakan untuk mengukur tingkat perkembangan peserta didik adalah ITP (Inventori Tugas Perkembangan). Dengan alat ITP, pembimbing dapat memahami tingkat perkembangan individu maupun kelompok, mengidentifikasi masalah yang menghambat perkembangan dan membantu peserta didik yang bermasalah dalam menyelesaikan tugas perkembangannya.

Minggu, 05 Februari 2017

SEKILAS SEJARAH PERKEMBANGAN BK AMERIKA SERIKAT

Penulis: Wahid Suharmawan
1.   Perkembangan Bimbingan dan Konseling Di Amerika Serikat
Bimbingan dan Konseling sebagai profesi pertama kali lahir di Amerika pada awal abad XX, yaitu ketika Frank Person membuka klinik di Boston untuk memberi pengarahan kepada para pemuda memperoleh pekerjaan yang sesuai.

Minggu, 21 Februari 2016

PERENCANAAN KARIR DI SEKOLAH

ditulis Oleh ; Wahid Suharmawan


Pendidikan di jenjang sekolah  menengah seyogyanya disiapkan untuk melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi seperti perguruan tinggi. Tetapi pada kenyataannya karena suatu sebab yang tidak dapat dihindarkan, misal karena kemampuan, biaya tidak ada, ataupun sebab-sebab lain, maka pilihan selanjutnya adalah bekerja.

Selasa, 05 Mei 2015

Konsep Diri Positip: Kunci Keberhasilan Hidup

Ditulis Oleh; Wahid Suharmawan
Ada berbagai pendapat yang mengatakan bahwa Perguruan Tinggi jangan mencetak Pengangguran, sedangkan sekarang ini masanya dimana Para orangtua berlomba-lomba untuk memberikan bekal pendidikan, yang dipercayai sebagai bekal terbaik bagi anak yaitu pendidikan. Asumsi orangtua pada umumnya adalah semakin tinggi level pendidikan formal maka akan semakin terjamin masa depan anaknya. Apakah benar demikian?

Minggu, 26 April 2015

Penelitian Tindakan Bimbingan dan Konseling

Ditulis Oleh ; Wahid Suharmawan

A.   Pendahuluan
1.    PTK merupakan salah satu jenis PPKP., yaitu penelitian yang bertujuan memperbaiki dan meningkatkan kualitas pembelajaran di Satuan Pendidikan dalam rangka upaya meningkatkan mutu lulusan/luaran.

Rabu, 22 April 2015

PTBK untuk Guru BK

Ditulis oleh; Wahid Suharmawan

A.   Pendahuluan
1.    PTK merupakan salah satu jenis PPKP., yaitu penelitian yang bertujuan memperbaiki dan meningkatkan kualitas pembelajaran di Satuan Pendidikan dalam rangka upaya meningkatkan mutu lulusan/luaran.

2.    PPKP terdiri atas Penelitian Tindakan Kelas, Penelitian  Eksperimen Kuasi, dan Penelitian Pengembangan.

3.   Bidang Kajian P.P.K.P.:
a. Bidang Pembelajaran----untuk Guru/Dosen:
1)    Pelaksanan pembelajaran, a.l. pengelolaan kelas, model pembelajaran, pendekatan pembelajaran, strategi dan metode pembelajaran, pengajaran remedial, PAIKEM.
2)    Penggunaan Bahan Ajar dan Alat Bantu Pembelajaran dalam upaya peningkatan hasil belajar, misalnya modul, penggunaan petunjuk mempelajari buku paket, computer assisted learning, penggunaan media pembelajaran, penggunaan alat peraga, dll.
3)    Pemanfaatan Sumber Belajar dalam Pembelajaran, misalnya perpustakaan---baik cetak maupun elektronik, internet, dan sumber lain, misalnya nara sumber,dosen tamu, lingkungan.
4) Pelaksanaan Evaluasi Proses dan Hasil Belajar, misalnya evaluasi otentik/kinerja, penilaian portofolio, evaluasi diagnostik dan tindakan pembelajarannya.

            b. Bidang Bimbingan dan Konseling---untuk Guru BK:
     1) Pelaksanaan Bimbingan dan Konseling, misalnya pro-gram bimbingan, manajemen bimbingan, jenis-jenis layanan bimbingan dan konseling dengan berbagai strategi dan teknik serta medianya, kegiatan pendukung.
2)    Pengembangan dan pemanfaatan Sumber dan Media bimbingan dan konseling, misalnya bahan bimbingan, pemanfaatan kotak masalah, pemanfaatan papan bimbingan/konsultasi, pemanfaatan perpustakaan---tampilan pustaka.
3)    Pelaksanaan Evaluasi proses dan hasil bimbingan dan konseling, misalnya pengembangan instrumen evaluasi, pemanfataan alat ungkap masalah, pemanfaatan jenis instrumen pemahaman individu.


A.   Konsep Dasar Penelitian Tindakan   (Kelas / BK)
1.    Pengertian:
a. Penelitian Tindakan: sebuah proses investigasi terkendali yang berdaur ulang dan bersifat reflektif mandiri, yang memiliki tujuan melakukan perbaikan terhadap sistem, cara kerja, proses, isi, kompetensi, atau situasi (Dewa Komang Tantra, 2005).
    b. Suatu tindakan pengumpulan, mengolah, menganalisis, menafsirkan, dan menyimpulkan data yang diperoleh dari suatu tindakan atau perbuatan yang sengaja dirancang dan dilakukan salam rangka merumuskan metode atau sistem yang lebih baik (Nana Sudjana, 2009: 7)
c. PT K/BK merupakan penelitian yang dilaksanakan oleh guru/dosen di kelasnya sendiri melalui refleksi diri yang diikuti dengan tindakan yang bertujuan memperbaiki kinerjanya---pembelajaran/layanan BK, sehingga hasil pembelajaran /layanan BK meningkat.


Kamis, 12 Maret 2015

Peran dan Tanggung Jawab Kepala Sekolah dalam BK

Ditulis; Wahid Suharmawan
Sumber Akhmad Sudrajat.wordpress.com

Keberhasilan program layanan bimbingan dan konseling di sekolah tidak hanya ditentukan oleh keahlian dan ketrampilan para petugas bimbingan dan konseling itu sendiri, namun juga sangat ditentukan oleh komitmen dan keterampilan seluruh staf sekolah,  terutama dari kepala sekolah sebagai administrator dan supervisor.

Sebagai administrator,  kepala sekolah bertanggungjawab terhadap kelancaran pelaksanaan seluruh program sekolah, khususnya program layanan bimbingan dan konseling di sekolah yang dipimpinnya.  Karena posisinya yang sentral,  kepala sekolah adalah orang yang paling berpengaruh dalam pengembangan atau peningkatan pelayanan bimbingan dan konseling di sekolahnya.

Sebagai supervisor, kepala sekolah bertanggung jawab dalam melaksanakan program-program penilaian, penelitian dan perbaikan atau peningkatan layanan bimbingan dan konseling.  Ia membantu mengembangkan kebijakan dan prosedur-prosedur bagi pelaksanaan program bimbingan dan konseling di sekolahnya.


Senin, 02 Maret 2015

TEORI KEBENARAN DALAM PERSPEKTIF FILSAFAT ILMU

Oleh; Wahid Suharmawan

Manusia selalu berusaha menemukan kebenaran. Banyak cara telah ditempuh untuk memperoleh kebenaran, antara lain dengan menggunakan rasio seperti para rasionalis dan melalui pengalaman atauempiris. Pengalaman-pengalaman yang diperoleh manusia membuahkan prinsip-prinsip yang terkadang melampaui penalaran rasional, kejadian-kejadianyang berlaku di alam itu dapat dimengerti.

Religius (agama) dan Spiritual (ketuhanan)

oleh; Wahid Suharmawan

Selama ini kita selalu menganggap bahwa religius (agama) dan spiritual (ketuhanan) adalah satu konsep yang sama. Bahkan terkadang kata religious menggantikan kata sipiritual ataupun sebaliknya dalam pemahaman sehari-hari.

Religius dan spiritual adalah dua buah konsep (kata) yang berbeda. Saya tidak akan membawa anda ke arah pembahasan filsafat dalam memisahkan dan menjelaskan kedua kata ini. Saya akan memberikan ilustrasi dibawah ini, yang akan memberikan gambaran bahwa memang keduanya (spiritual dan religius) berbeda pemaknaannya.

PENDEKATAN KONSELING SPRITUAL

Oleh; Drs. Wahid Suharmawan, M.Pd.


A. PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
Kehidupan modern dengan kehebatan ilmu pengetahuan dan teknologi serta kemajuan ekonomi yang dialami oleh bangsa-bangsa Barat ternyata telah menimbulkan berbagai suasana kehidupan yang tidak memberikan kebahagiaan batiniah dan berkembangnya rasa kehampaan. Mereka menyadari bahwa kemajuan itu telah memisahkan nilai-nilai spiritual sebagai sumber kebahagiaan hidup dan dirasakan oleh mereka sebagai satu kekurangan. Dewasa ini berkembang kecenderungan untuk menata kehidupan yang berlandaskan nilai-nilai spiritual. Mereka makin menyadari bahwa suasana keluarga yang harmonis di atas landasan nilai-nilai religi yang kuat pada dasarnya merupakan situasi yang kondusif bagi terciptanya kehidupan. Suasana seperti itu akan menumbuhkan kualitas manusia agamis yang memiliki ketahanan dan keberdayaan yang mantap. Charlene E. Westgate (1996) menyebutkan kondisi seperti itu sebagai “spiritual wellness” yang dia artikan sebagai suatu keadaan yang tercermin dalam keterbukaan terhadap dimensi spiritual yang memungkinkan keterpaduan spiritualitas dirinya dengan dimensi kehidupan lainnya, sehingga mengoptimalkan potensi untuk pertumbuhan dan perwujudan diri. Selanjutnya Charlene E. Westgate mengemukakan ada empat dimensi “spiritual wellness” ini yaitu (1) meaning of life, (2) intrinsic value, (3) transcendence, (4) community of shared values and support. Dengan kata lain mereka yang telah memiliki “spiritual wellness” memiliki kemampuan untuk mewujudkan dirinya secara bermakna dalam dimensi-dimensi hidup secara terpadu dan utuh. 

Kondisi ini telah mendorong kecenderungan berkembangnya konseling yang berfondasikan spiritual atau religi. Dalam kaitan ini Stanard, dkk. (2000) mengusulkan agar spiritualitas ini dijadikan sebagai angkatan kelima dalam konseling dan psikoterapi. Selanjutnya dijelaskan bahwa: “Spirituality includes concepts such as trancendence, self-actualization, purpose and meaning, wholness, balance, sacredness, universality, and a sense of High Power”. Berkaitan dengan isu-isu Agama dalam konseling, Zinbauer & Pargament (2000) mengemukakan ada empat pendekatan yaitu (1) rejectionist, yaitu yang menolak campur aduk agama dengan konseling, (2) exclusivist, yang mengakui adanya agama akan tetapi dipisahkan antara agama dengan konseling, (3) Constructivist, yang memberikan peluang pendekatan agama dalam konseling dan konseli sendiri yang membentuknya. (4) pluralis, yaitu pendekatan yang memungkinkan proses konseling yang berlandaskan nilai-nilai agama.  

2.      Rumusan Masalah
Untuk membatasi agar penulisan tidak melebar maka penulis membuat batasan masalah sebagai berikut:
a.       Pengertian Konseling Spritual.
b.      Bagaimana tinjauan Al-Qur’an Tentang Manusia.
c.       Bagaimana Pendekatan Islami Dalam Pelaksanaan Bimbingan Konseling

TRAIT & FACTOR DALAM PERSPEKTIF ISLAM

Oleh;Wahid Suharmawan

A.    PENDAHULUAN
1.   Latar belakang
Kepribadian merupakan suatu sistem sifat atau faktor yang saling berkaitan satu dengan lainya seperti kecakapan, minat, sikap, dan temperamen. Hal yang mendasar bagi konseling sifat dan faktor adalah asumsi bahwa individu berusaha untuk menggunakan pemahaman diri dan pengetahuan kecakapan dirinya sebagai dasar bagi pengembangan potensinya
Dan Manusia adalah makhluk Allah yang diciptakan secara sempurna dengan dibekali akal dan nafsu serta qolbu sebagai sesosok khalifah dimuka bumi ini, karenanya dengan semua bekal tersebut manusia ada kalanya ketika akal fikirannya unggul maka kedudukan manusia akanberada diatas malaikat Allah namun ketika hawa nafsunya yang menjadi raja atas diri manusia kedudukannya tidak lebih dari dibawah hewan.

Diantara akal dan nafsu manusia yang saling bertentangan manusia juga dibekali qolbu sebagai penyeimbang, sehingga baik buruknya qolbu manusia bisa ditentukan oleh perilaku manusia, dari setiap perilaku yang dikerjakan manusia setiap hari akan mengahsilkan suatu bentuk kepribadian, dalam kepribadian tersebutlah ciri khas dari manusia akan terlihat.

Dalam Al-Quran yang diturunkan oleh Allah SWT kurang lebih 14 abad yang lalu kepada nabi Muhammad SAW dalam lembaran ayat-ayatnya telah menjelaskan kepada manusai berbagai macam kepribadian yang tedapat dalam diri manusia, kepribadian tersebut dapat diklasifikasikan dalam tiga posisi, yaitu kepribadian yang baik atau khasanah (Muttaqin), kepribadian yang buruk atau dholalah (Kafirun) serta yang terakhir kepribadian yang ada ditengah-tengahnya atau yeng lebih sering kita kenal dengan kepribadian munafik, dalam makalah ini pemakalah akan berusaha menyajikan sedikit tentang bentuk-bentuk kepribadian manusia yang telah ada dan dijelaskan oleh Al-Quran dan disesuaikan dengan konseling trait dan faktor.

Minggu, 18 Agustus 2013

KONSELING PERKAWINAN

DITULIS oleh Wahid Suharmawan

BAB I
PENDAHULUAN

Manusia adalah makhluk yang berfikir dan merasa, tetapi terkadang terganggu fikiran dan perasaannya sehingga salah fikir dan salah merasa. Ketika seseorang mengidap hal demikian, yakni salah berfikir dan salah merasa, maka ia bisa sedih, bosan, malas, kesepian. Gangguan seperti ini menurut ilmu psikologi disebut gangguan kejiwaan ringan (neurosis atau mental disorder). Jika kesedihan, kebosanan, malas dan kesepian menjadi berkepanjangan hingga ngomong ngawur, perilakunya juga ngawur, nggak bisa dinalar, maka itu namanya gangguan kejiwaan berat (psikosis). Meski demikian ia masih sadar bahwa ia sedang mengalami gangguan jiwa. Jika ia ngomong ngawur dan bertindak ngawur tetapi tidak menyadari, maka orang itu sudah masuk kategori sakit jiwa atau gila.. Orang yang mengidap neurosis banyak yang bisa mengobati diri sendiri atau melalui bantuan konselor, tetapi orang yang sudah mengidap psikosis harus mengikuti terapi mental, sedang orang yang sakit jiwa harus dibawa ke rumah sakit jiwa.


Senin, 08 April 2013

Kurikulum 2013: Kewenangan Guru Dikurangi

Sumber: Blokdetik.com
Yogyakarta (10/12) Pada kurikulum yang saat ini masih berlaku satuan pendidikan mempunyai kebebasan dalam pengelolaan kurikulum. Pemerintah berdasarkan peraturan perundangan yang berlaku hanya menyiapkan standar isinya saja. Dalam standar isi ditetapkan standar kompetensi dan kompetensi dasar setiap mata pelajaran. Selanjutnya berdasarkan standar isi maka satuan pendidikan dan guru menyusun silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP).
Dalam rancangan kurikulum 2013 sebagaimana dapat diunduh http://kurikulum2013.kemdikbud.go.id dinyatakan bahwa pemerintah menyiapkan semua komponen kurikulum sampai buku teks pelajaran dan pedoman bagi guru. Ada dua kondisi yang menyebabkan pemerintah mengambil alih peran guru, pertama bahwa penyusunan kurikulum (baca: silabus) oleh satuan pendidikan (guru) dipandang kebablasan sehingga tidak ada kurikulum yang bersifat nasional dan daerah.
Kedua, pemerintah menilai kemampuan guru dan guru belum siap melakukan pengembangan kurikulum. Banyak terjadi copy-paste silabus dari sekolah lain. Akhirnya penyusunan kurikulum tidak lagi memperhatikan kondisi satuan pendidikan, kebutuhan peserta didik, dan potensi daerah.
Jika rancangan kurikulum 2013 ini diterapkan maka salah satu kewenangan guru dikurangi, yaitu menyusun silabus. Ini kembali sebelum KTSP diberlakukan, dimana pemerintah saat itu sudah menyediakan Garis Besar Program Pengajaran (GBPP), guru tinggal menyusun satuan pelajaran (satpel). Kini direncanakan pemerintah akan menyiapkan silabus, guru tinggal menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP). Bahkan pemerintah direncanakan akan menyiapkan buku pedoman (master teaching) atau buku babon.
Apakah ini merupakan ketidakpercayaan pemerintah terhadap guru? Sehingga salah satu kewenangannya dikurangi. Sementara itu, dari sisi guru tidak ada gejolak yang berarti. Malahan barangkali berpikir lega karena bebannya dikurangi. Namun sayangnya secara profesional tidak ada komentar nyaring dari PGRI terhadap rancangan ini. Barangkali juga bersyukur karena anggotanya dikurangi beban profesionalnya, namun tunjangan profesinya tidak dikurangi.

Pemanfaatan Tekonologi Informasi (TI) Dalam Layanan Bimbingan Dan Konseling

Oleh: Edris Zamroni
A.     PENDAHULUAN
Berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi merupakan perwujudan terjadinya perubahan kearah positif budaya yang dimiliki oleh manusia. Hal ini didasari pada sebuah keyakinan bahwa setiap hasil dari daya yang dimiliki manusia baik cipta, rasa, karsa dan karya yang dikatakan sebagai sebuah budaya dalam wujud teknologi akan meningkatkan produktifitas kerja manusia. Dikatakan demikian karena teknologi tercipta sedianya akan mempermudah serta meningkatkan efektifitas kerja manusia, sehingga manusia menjadi lebih produktif dalam bekerja. Teknologi juga dapat dikatakan sebagai hasil budaya manusia karena merupakan hasil dari gagasan manusia yang akhirnya melahirkan sebuah karya dan dapat menunjang kehidupan manusia.