Minggu, 05 Februari 2017

SEKILAS SEJARAH PERKEMBANGAN BK AMERIKA SERIKAT

Penulis: Wahid Suharmawan
1.   Perkembangan Bimbingan dan Konseling Di Amerika Serikat
Bimbingan dan Konseling sebagai profesi pertama kali lahir di Amerika pada awal abad XX, yaitu ketika Frank Person membuka klinik di Boston untuk memberi pengarahan kepada para pemuda memperoleh pekerjaan yang sesuai. Pada tahun 1950 an bidang ini mengalami perkembangan yang sangat pesat, bukan hanya dalam bidang pekerjaan tetapi merambah pada bidang-bidang pendidikan. Pada abad ke 20 bimbingan konselor belum ada di sekolah-sekolah, pada saat itu pekerjaan konselor masih ditangani oleh para guru di sekolah, yang mana dalam pekerjaan tersebut itu seorang guru memberikan layanan informasi, layanan bimbingan pribadi, social, karir dan akademik.
Gerakan bimbingan konseling di sekolah ini berkembang sebagai dampak dari revolusi industry, dan keragaman latar belakang para siswa yang masuk ke sekolah-sekolah negeri. Pada tahun 1898 Jasse B. Davis seorang konselor sekolah di Detroit memulai memberikan layanan konseling pendidikan dan pendidikan di SMA. Pada tahun 1907, dia diangkat menjadi kepala SMA di Grand Rapids, Michigan. Sehingga ia memasukkan program bimbingan di sekolah tersebut.

Bimbingan dan Konseling sebagai profesi pertama kali lahir di Amerika pada awal abad XX, yaitu ketika Frank Person membuka klinik di Boston untuk memberi pengarahan kepada para pemuda memperoleh pekerjaan yang sesuai. Pada tahun 1950 an bidang ini mengalami perkembangan yang sangat pesat, bukan hanya dalam bidang pekerjaan tetapi merambah pada bidang-bidang pendidikan. Rehabilitasi, kerumah tanggaan, penanganan tindak kriminal, kenakalan remaja, juga di rumah sakit, pabrik-pabrik dan bahkan di rumah militer.

Dari segi wilayah geografi, bimbingan dan konseling tidak lagi tidak lagi terbatas hanya di Amerika, tetapi berkembangan menjalar ke Eropa, Asia, Afrika, Amerika Selatan dan Australia. Tahun 1970-1980 bimbingan dan Konseling masuk ke dalam kurikulum Sekolah Menengah di negeri-negeri yang mengambil sistem pendidikan Barat.

Munculnya Bimbingan dan Konseling di Amerika pada awal abad XX merupakan tuntunan logis dari dinamika masyarakat Amerika ketika itu. Sebagaimana diketahui bahwa pandangan hidup masyarakat Amerika dan Barat pada umumnya bersumber dari budayanya yang sekuler dan liberal. Oleh karena itu filosofi dari Bimbingan Konseling di sana juga tak terlepas dari faham sekuler dan liberal.

Meskipun konsepsi Bimbingan dan Konseling di Barat dilahirkan oleh para ahli yang tak diragukan kapasitasnya, tetapi konsep-konsep yang boleh jadi cocok untuk masyarakat Barat tidak otomatis dapat diterapkan pada masyarakat lain, masyarakat Islam misalnya. Kesulitan menerapkan prinsip-prinsip Bimbingan dan Konseling Barat di lingkungan masyarakat Islam disebabkan oleh falsafah hidup yang berbeda, antara lain :

1.    Jika masyarakat Barat memisahkan Negara dan agama, masyarakat Islam tidak mengenal pemisahan yang sebenarnya antara agama dan kehidupan, antara masjid dan lapangan kerja. Bimbingan dan Konseling di masyarakat Islam harus berdiri diatas prinsip keterpaduan antara agama dan kehidupan duniawi.
2.  Masyarakat Barat menganut kebebasan individual (dan kelompok yang sangat liberal, tercermin pada pergaulan bebas, norma seksual yang sangat longgar asal tidak mengganggu orang lain, sementara masyarakat muslim sangat menjunjung tinggi kesucian perkawinan, kehormatan wanita, berbakti kepada orang tua yang sudah renta, dan mengagungkan nila-nilai akhlak, iman dan takwa. Masyarakat Islam tidak mengenal kebebasan individual dalam arti se bebas-bebasnya, karena dibatasi oleh norma-norma tradisi, agama dan akhlak. Masyarakat muslim masih menjungjung tinggi prinsip-prinsip berbakti kepada orang tua, sopan santun social dan tradisi keagamaan.
3.     Banyak hal-hal yang di Barat tidak dipermasalahkan, tetapi pada masyarakat Islam justeru hal itu diharamkan, misalnya; perjudian, perzinaan, homoseksual, menyakiti orang tua, kekasih, tukar kunci dan sebagainya.
4.  Pedekatan Bimbingan dan Konseling yang dilakukan di Amerika sendiri menunjukan kegagalan, seperti yang tercermin dalam angka statistik yang dikutip oleh Dr. Abd. Rahman Isawi dan seruan kecemasan ahli-ahli sosial AS menyangkut masa depan generasi mendatang.

Layanan bimbingan di Amerika Serikat mulai diberikan oleh Jesse B. Davis pada sekitar tahun 1898-1907. Beliau bekerja sebagai konselor sekolah menengah di Detroit. Dalam waktu sepuluh tahun, ia membantu mengatasi masalah-masalah pendidikan, moral, dan jabatan siswa. Pada tahun 1908, Frank Parsons mendirikan Vocational Bureau untuk membantu para remaja memilih pekerjaan yang cocok bagi mereka. Tahun 1910, William Healy mendirikan Juvenile Psychopathic Institut di Chicago. Tahun 1911, Universitas Harvard memberikan kuliah bidang bimbingan jabatan dengan dosennya Meyer Blomfield. Tahun 1912, Grand Rapids, Michigan mendirikan lembaga bimbingan dalam sistem sekolahnya.

Tahun 1913 berdiri National Vocational Guidance di Grand Rapids
Perkembangan bimbingan dan konseling di Amerika Serikat sangat pesat pada awal tahun 1950. Hal ini ditandai dengan berdirinya APGA (American Personal and Guidance Association) pada tahun 1952. Selanjutnya, pada bulan Juli 1983 APGA mengubah namnya menjadi AACD (American Association for Counseling and Development). Kemudian, satu organisasi lainnya bergabung pula dengan AACD, yaitu Militery Education (MECA). Dengan demikian, pada saat ini AACD merupakan organisasi profesional bagi para konselor di Amerika Serikat, dengan 14 divisi (organisasi khusus) yang tergabung di dalmnya. Di samping itu, pada setiap negara bagian atau wilayah tertentu terdapat semacam cabang dari masing-masing organisasi tersebut.
Sebagai suatu organisasi profesi, AACD ataupun organisasi-organisasi divisinya mengeluarkan jurnal-jurnal secara berkala. Jurnal-jurnal tersebut di antarnya

1.       Journal of Counseling and Development;
2.       Journal of College Student Personnel;
3.       Counselor Education and Supervision; dan
4.       The Career Development Quarterly.

Adapun tujuan diadakannya program bimbingan di sekolah ini adalah agar siswa mampu:
a.   Mengembangkan karakternya yang baik(memiliki nilai moral, ambisi, bekerja keras, dan kejujuran) sebagai asset yang sangat penting bagi setiap siswa(orang) dalam rangka merencanakan, mempersiapkan, dan memasuki dunia kerja (bisnis).
b.      Mencegah dirinya dari prilaku bermasalah.
c.       Menghubungkan minat pekerjaan dengan kurikulum (mata pelajaran)

Dalam waktu yang bersamaan, para ahli yang lainnya juga mengembangkan program yang sama dalam hal bimbingan, seperti:
a.   Eli Weaper, pada tahun 1906 menerbitakan booklet tentang “memilih suatu karir”. Dan dia berhasil membentuk komite guru pembimbing di setiap sekolah menengah di New York. Komite ini aktif bekerja untuk membantu para pemuda(remaja) dalam menemukan kemampuan-kemampuannya dan belajar tentang bagaimana menggunakan atau mengembangkan kemampuan-kemampuan tersebut dalam rangka menjadi seorang pekerja atau pegawai yang produktif.
b.      E.G Williamson, pada akhir tahun 1930 dan awal tahun 1940, ia menulis buku How to Counsel Students: A Manual of Techniques for Clinical Counselors. Model bimbingan sekolah yang dikembangkan oleh Williamson ini terkenal dengan nama trait and factor (directive) guidance. Dalam model ini konselor menggunakan informasi untuk membantu siswa dalam memecahkan masalahnya. Khususnya dalam bidang pekerjaan dan penyesuaian interpersonal. Adapun peranan konselor dalam program ini bersifat direktif dengan menekankan pada: 1) mengajar ketrampilan, 2) membentuk (mengubah) sikap dan tingkah laku.
c.   Carl R. Roger, ia mengembangkan teori konseling clien-centered, yang tidak terfokus pada masalah, akan tetapi sangat mementingkan hubungan antara konselor dengan kliennya. Pendekatan konseling ini merupakan respon terhadap pendekatan konseling yang direktif bersifat sempit dan terfokus kepada masalah.pendekatan atau teori konseling Roger ini terangkum dalam dua bukunya, yaitu: Counseling and psycoterapy (1942) dan Client-Centered Therapy (1951). Pada buku pertama, Roger memperkenalkan pendekatan konseling nondirektif sebagai alternative layanan selain pendekatan direktif. Roger berpendapat bahwa klien mempunyai tanggung jawab dalam memecahkan masalah dan mengembangkan dirinya sendiri. Adapun dalam buku yang kedua, terjadi perubahan semantic dari konseling nondirektif menjadi konseling client- centered. Sejak tahun 1960-1970, teori ini menjadi model utama bagi banyak konselor, baik di sekolah maupun di biro-biro kesehatan mental. Akan tetapi, teori ini juga dipandang agak kaku untuk diterapkan di sekolah. Karena ketidak puasan ini maka muncullah evolusi lebih lanjut dalam gerakan bimbingan dan konseling di sekolah.

Undang-Undang Pertahanan Pendidikan Nasional di Amerika
Pada tahun 1950, terjadi peristiwa peluncuran sputnik I Uni Soviet. Yang mana peristiwa ini sangat membuat warga Amerika Serikat cemas, karena mereka beranggapan bahwa peristiwa ini merupakan isyarat tentang dominasi Uni Soviet dalam bidang teknologi industry dan bidang ilmiah lainnya. Dalam merespon protes warga tersebut, maka pada bulan September tahun 1958 kongres menyusun undang-undang, termasuk undang-undang pertahanan pendidikan nasional (National Defense Education Act.). undang-undang ini memberikan kewenangan kepada pemerintah untuk memberikan dana bagi pendidikan, seperti untuk pelatihan para konselor SLTP dan SLTA, dalam mengembangkan program testing, program konseling sekolah, dan progam bimbingan lainnya.

Pada tahun 1958 bulan September ini merupakan peristiwa penting (land mark) dalam dunia pendidikan di Amerika, termasuk gerakan bimbingan dan konseling. Departemen pertahanan pendidikan memberikan keuntungan khusus bagi pembimbingan generasi.
Perkembangan program bimbingan dan konseling di sekolah dipengaruhi juga oleh munculnya berbagai organisasi professional dalam bidang konseling, seperti:
a)    American Counseling Association(ACA),
b)    American School Counselor Association(ASCA),
c)     Association of Counselor Education and Supervision (ACES). Organisasi organisasi ini berupaya meningkatkan profesionalitas para konselor, dengan meluncurkan program akreditasi dan sertifikasi.

Bradley pada tahun 1980, menambah satu tahapan dari tiga tahapan tentang sejarah bimbingan menurut Stiller, yaitu sebagai berikut:
a.   Vocational exploration, yaitu tahapan yang menekankan tentang analsis individual dan pasaran kerja. Tahapan yang mencoba menjodohkan manusia dengan pekerjaan.
b.      Meeting Individual Needs, yaitu tahapan pada periode 40 s.d. 50-an yang menekankan pada upaya yang membantu individu agar memperoleh kepuasan kebutuhan hidupnya. Perkembangan bimbingan konseling, pada tahapan ini dipengaruhi oleh pendapat Maslow dan Ronger, yaitu bahwa manusia memiliki kemampuan untuk mengembangkan diri dan memecahkan masalahnya sendiri.
c.     Transisional Professionalism, yaitu tahapan yang memfokuskan perhatiannya kepada upaya profesionalisasi konselor.
d.  Situational Diagnosis, yaitu tahapan yang terjadi pada tahun 1970-an, sebagai periode perubahan dan inovasi. Pada tahapan ini, ada penekanan yang lebih kepada analisis lingkungan dalam proses bimbingan, dan gerakan untuk menjauhi cara-cara terapeutik yang hanya terpusat pada diri individu.

Pada tahun 1980-an juga, Kowits mencatat lima gerakan bimbingan dalam pendidikan.
Pertama, gerakan penyesuaian hidup dengan memperhatikan persiapan vokasional, keragaman individual, dan kurikulum.
Kedua, gerakan perkembangan anak pada tahun 1920-an yang dipengaruhi oleh perkembangan teori psikoanalitik, yang menyatakan pentingnya pengalaman masa anak sebagai dasar perkembangan selanjutnya.
Ketiga, gerakan yang melibatkan konsep guru konselor. Selama periode ini, guru dipandang sebagai orang yang dapat memfasilitasi pencapaian tujuan bimbingan.
Keempat, gerakan proyek atau program khusus yang menekankan tentang filsafat aktivisme sosial.
Kelima, gerakan yang menaruh perhatian terhadap redefinisi tujuan bimbingan dan prinsip-prinsip ilmiah bimbingan.

Daftar Pustaka
Prayitno dan Amti, Erman. 2004. Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling. Jakarta:Rineka Cipta.
Sukardi, Dewa Ketut. 2008. Pengantar Pelaksanaan Program Bimbingan dan Konseling di Sekolah. Jakarta: Rineka Cipta.
Walgito, Bimo. 2004. Bimbingan dan Konseling di Sekolah. Yogyakarta : Penerbit Andi.
Winkel, W.S. 2005. Bimbingan dan Konseling di Intitusi Pendidikan. Edisi Revisi. Jakarta: Gramedia.


Tidak ada komentar: