Minggu, 13 Maret 2016

MINAT KARIR HOLLAND (Teori dan Praktik)

Oleh Wahid Suharmawan

Buku ini membahas teori dan Instrumentasi Minat Karir Holland, cocok Sebagai Suplemen Peminatan di sekolah (SMP, SMA,SMK) dan orang dewasa.



Kelebihan buku ini mampu menggali MINAT karir individu pada jabatan Karir tertentu (sbg Dokter, Insinyur, Guru, Psikolog, Seniman/artis dsb), Holland mengabaikan tahap usia perkembangan siswa. Buku ini saya buat utk mendampingi Software Aplikasi Minat Karir yg telah sy buat sekitar th. 2005 silam.

PENDIDIKAN TEPAT BAGI ANAK USIA DINI

Ditulis oleh Wahid Suharmawan

Nasehat bagi orang tua yg mempunyai anak BALITA....
Intinya Jangan tergiur dg sekolah TK yg menawarkan kurikulum anak harus belajar berbagai pelajaran (bhs.Inggris, berhitung, membaca) ketahuilah bahwa usia anak adalah bermain dan bersenang-senang, kurukulum di Indonesia menDEWAkan kecerdasan Intelektual daripada emosional.....

Selanjutnya silahkan membaca.....Salam Wahid Suharmawan

PENYIMPANGAN SEKSUAL / SEXUAL DEVIATION

Oleh; Dr. Suparyanto, M.Kes.

Pengertian Seksual Menyimpang
Istilah penyimpangan seksual (sexual deviation) sering disebut juga dengan abnormalitas seksual (sexual abnormality), ketidak wajaran seksual (sexual perversion), dan kejahatan seksual (sexual harassment).
Penyimpangan seksual (deviasi seksual) bisa didefinisikan sebagai dorongan dan kepuasan seksual yang ditunjukan kepada obyek seksual secara tidak wajar.

Minggu, 21 Februari 2016

PERENCANAAN KARIR DI SEKOLAH

ditulis Oleh ; Wahid Suharmawan


Pendidikan di jenjang sekolah  menengah seyogyanya disiapkan untuk melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi seperti perguruan tinggi. Tetapi pada kenyataannya karena suatu sebab yang tidak dapat dihindarkan, misal karena kemampuan, biaya tidak ada, ataupun sebab-sebab lain, maka pilihan selanjutnya adalah bekerja.

Rasa Syukur

Ditulis Oleh; Wahid Suharmawan

Syukur, suatu ungkapan yang tidak dapat digambarkan keindahannya yang tak bertara. Rasa syukur yang paling indah adalah ketika seorang manusia dengan rendah hati dan sepenuh hati bersyukur pada Sang Pencipta, akan segala karunia yang telah dianugerahkan-Nya pada kita semua. Rasa syukur menunjukkan bahwa kita adalah manusia yang lemah, dan tentunya kita membutuhkan kekuatan, yang mana kekuatan itu selalu datang dari-Nya dan atas kehendak-Nya pula. Jadi,

Senin, 08 Februari 2016

10 Penyakit Psikis

Ditulis Oleh : Wahid Suharmawan

1.      HIPOKONDRIASIS
Personaliti hipokondriasis adalah personaliti dimana seseorang terus menerus mengeluh akan kesehatannya yang buruk. Dapat dikatakan bahwa ambang sakitnya yang rendah. Dia sangat cemas dan terlalu terpukau akan gejala yang ada pada tubuhnya. Kecemasan terhadap kesehatan tubuhnya merupakan bagian yang dominan dari idupnya. Hal ini membuatnya tidak efektif serta terganggu. Hipokondriasis dapat diumpamakan sebagai anjing yang terlalu banyak menggonggong. Dia terlalu banyak mengeluh, dan sering berganti dokter. Mungkin dia sering keluar masuk rumah sakit, untuk mengetahui keluhannya. Atau dapat pula dia sering masuk kemeja operasi atas keluhan–keluhannya. Sampai berapa jauh personaliti hipokondriasis dipunyai anda.

Senin, 22 Juni 2015

PERENCANAAN KARIR DI SEKOLAH

ditulis Oleh ; Wahid Suharmawan

Pendidikan di jenjang sekolah  menengah seyogyanya disiapkan untuk melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi seperti perguruan tinggi. Tetapi pada kenyataannya karena suatu sebab yang tidak dapat dihindarkan, misal karena kemampuan, biaya tidak ada, ataupun sebab-sebab lain, maka pilihan selanjutnya adalah bekerja.
Pekerjaan yang memuaskan sesuai dengan bakat, minat, dan kemampuan diperlukan perencanaan secara matang. Di Indonesia sendiri, pentingnya bimbingan karir bagi para siswa, khususnya di tingkat SMU sudah dirasakan sejak lama, dan sejak ditetapkannya Kurikulum tahun 1984 bimbingan karir mulai diformalkan. Namun karena sempitnya pemahaman para konselor di sekolah, sehingga dalam pelaksanaanya sering terjadi malpraktek (dianggap sebagai bidang studi sehingga diajarkan), tidak diikuti dengan assesmen yang tepat, informasi pekerjaan tidak diberikan secara mendalam, terpadu, dan komprehensif, serta kurang dilaksanakan secara intensif. Akibatnya hasil-hasil dari bimbingan karir tersebut masih jauh dari apa yang diharapkan.

Senin, 11 Mei 2015

BIMBINGAN DAN KONSELING KOMPREHENSIF

Penulis : Wahid Suharmawan

Bimbingan dan konseling komprehensif atau disebut juga bimbingan dan konselin perkembangan (karena menggarap semua aspek kehidupan peserta didik) merupakan orientasi baru dalam kegiatan layanan bimbingan dan konseling yang didasari fungsi pengembangan dengan prinsip antara lain: (1) dibutuhkan oleh semua peserta didik ; (2) fokus pada kegiatan belajar peserta didik;  (3) konselor dan guru merupakan fungsionaris yang bekerjasama;  (4) berorientasi tim dan pelayanan konselor profesional;  (5) memiliki dasar dalam psikologi anak, perkembangan anak dengan tujuan (1) mengenal dan memahami potensi, kekuatan, dan tugas-tugas perkembangannya, (2) mengenal dan memahami potensi atau peluang yang ada di lingkungannya, (3) mengenal dan menentukan tujuan dan rencana hidupnya serta rencana pencapaian tujuan tersebut, (4) memahami dan mengatasi kesulitan-kesulitan sendiri (5) menggunakan kemampuannya untuk kepentingan dirinya, kepentingan lembaga tempat bekerja dan masyarakat, (6) menyesuaikan diri dengan keadaan dan tuntutan dari lingkungannya; dan (7) mengembangkan segala potensi dan kekuatannya yang dimilikinya secara tepat dan teratur secara optimal.

Kamis, 07 Mei 2015

Supervisi Bimbingan Konseling

Ditulis Oleh; Wahid Suharmawan

2.2.1   Pengertian Supervisi Bimbingan Konseling

Sahertian  (2000:  19)                                            mendifinisikan    Supervisi                                              adalah  usaha  memberi

layanan  pada  guru-guru  baik  secara  individual  maupun  secara  kelompok  dalam

usaha memperbaiki pengajaran“. Kata kunci dari pengertian ini   adalah   memberi-

kan  layanan  dan  bantuan.  Sedangkan  Soewadji  (1988:  33)                                                                                            menyatakan  bahwa  

Supervisi merupakan rangsangan, bimbingan atau bantuan yang diberikan kepada

guru–guru   agar   kemampuan   profesional   makin   berkembang,   sehingga   situasi

belajar   semakin   efektif   dan   efisien      Pengertian   tersebut   sesuai   dengan   yang

dikemukakan   oleh   Purwanto   (1998:   76),   yaitu      Supervisi   ialah   satu   aktifitas

pembinaan yang direncanakan untuk membantu guru dan pegawai sekolah lainnya

dalam   melakukan   pekerjaan   mereka   secara   efektif   “.   Demikian   juga   Sukardi,

(2000:  240)  menyatakan  bahwa  Supervisi  adalah  bantuan  yang  diberikan  pada




23





seluruh  staf  sekolah  untuk  mengembangkan  situasi  belajar  mengajar  yang  lebih

baik

Dalam   Buku   Petunjuk   Pelaksanaan   Supervisi   Pendidikan   di   Sekolah

(1994:   2)   disebutkan   bahwa   “Supervisi   ialah   bantuan   yang   diberikan   kepada

seluruh  staf  sekolah  untuk  mengembangkan  situasi  belajar  mengajar  yang  lebih

baik “Sedangkan Abimanyu (2005: 1) menyatakan

“Supervisi  bimbingan  konseling  adalah  usaha  untuk  mendorong,
mengkoordinasikan  dan   menuntun  pertumbuhan  petugas  bimbingan
konseling/guru  pembimbing  secara   berkesinam  bungan   baik   secara
individual maupun secara kelompok agar lebih memahami dan lebih dapat
bertindak   secara   efektif   dalam   melaksanakan   layanan   bimbingan
konseling.


Dari   beberapa  pengertian  tersebut  diatas  dapat  disimpulkan  bahwa

Supervisi  adalah   layanan   bantuan,  bimbingan,   pembinaan,   dan   penilaian   yang

direncanakan   kepada   seluruh   staf   sekolah   agar   dapat   mengembangkan

keprofesionalannya,  sehingga   dapat  meningkatkan  dan   memperbaiki  mutu

layanan   pendidikan.   Sedangkan   yang   dimaksud   dengan   supervisi   bimbingan

konseling  adalah  layanan  bantuan  dan  pembinaan  kepada  guru  pembimbing  agar

dapat   mengembangkan   keprofesionalannya   sehingga   dapat   memperbaiki   dan

meningkatkan mutu layanan bimbingan konseling di sekolah.



2.2.2    Kepala Sekolah sebagai Supervisor Bimbingan Konseling

Pidarta  (1995:  52)  menyatakan,  yang  dapat  menjadi  petugas  supervisi  di

sekolah adalah (1) kepala sekolah, (2) Pengawas sekolah, (3)   koordinator bidang




24





studi  yang  sudah  berpengalaman,  dan  (4)  ketua  laboratorium  senior.  Sedangkan

Sukardi  (2000:  242),  menyatakan  bahwa  supervisi  dilakukan  oleh  pengawas  dan

atau   kepala   sekolah.   Adapun   Direktorat   SLTP   (2000:   127-128)   menyebutkan

peran   kepala   sekolah   dalam  kegiatan   bimbingan   konseling   adalah   sebagai   (1)

fasilitator,  (2)  koordinator,  (3)  motivator  dan  (4)  supervisor.  Sedangkan  dalam

Direktorat  Pendidikan  Menengah  Umum  (1994:  3)  dikatakan  bahwa  orang  yang

melakukan  supervisi  adalah  Pengawas  dan  kepala  sekolah.  Demikian  juga  dalam

Peraturan  Pemerintah  No.19  Tahun  2005  tentang  Standar  Nasional  Pendidikan

dalam  Pasal  57  disebutkan  Supervisi  meliputi  supervisi  manajerial  dan  akademik

dilakukan secara teratur dan berkesinambungan oleh pengawas atau penilik satuan

pendidikan dan kepala satuan pendidikan (2006: 21)

Berdasarkan   pendapat   diatas   jelas   bahwa   kepala   sekolah   merupakan

supervisor yang berfungsi atau berperan memberikan layanan dan bantuan kepada

seluruh   staf,  baik   guru   maupun  personil   sekolah   lainnya   termasuk  guru

pembimbing   agar    mampu    melaksanakan   tugas    dengan   sebaik-baiknya.

Sehubungan  dengan  fungsinya,  kepala  sekolah  sebagai  supervisor     maka                                                                                                        Dirjen

Dikdasmen  (1997:  5)  menyatakan,  tugas  supervisor  menyelenggarakan  supervisi

mengenai  :  (1)  proses  belajar  mengajar,  (2)  Kegiatan  bimbingan    konseling,  (3)

kegiatan  ekstra  kurikuler,  (4)  kegiatan  ketatausahaan,  (5)  kegiatan  kerja  sama

dengan  masyarakat  dan  instansi  terkait,  (6)  sarana  dan  prasarana,  (7)  kegiatan

OSIS,  dan  (8)  kegiatan  7  K.  Oleh  karena  itu  Kimball  Wiles  dalam  Sehartian

(2000:  18)  menyatakan    agar  dapat  melaksanakan  tugasnya  dengan  baik  maka

kepala  sekolah  sebagai  supervisor  ia  harus  memiliki  ketrampilan  dasar  sebagai




25





seorang    supervisor    yaitu:    (1)    keterampilan   dalam    hubungan-hubungan

kemanusiaan,  (2)  keterampilan  dalam  proses  kelompok,  (3)  keterampilan  dalam

kepemimpinan  kependidikan,  (4)   keterampilan  dalam   mengatur  personalia

sekolah dan (5) keterampilan dalam evaluasi 



2.2.3    Tujuan Supervisi Bimbingan Konseling

Dalam  buku  petunjuk  pelaksanaan  supervisi  di  sekolah  (1994:  3)  disebut-

kan  bahwa  tujuan  supervisi  membantu  memperbaiki  dan  meningkatkan  pengelo-

laan  sekolah  sehingga  tercapai  kondisi  kegiatan  belajar  mengajar  yang  sebaik-

baiknya. Sedangkan menurut Sehartian (2000: 19) tujuan supervisi adalah membe

rikan  layanan  dan  bantuan  untuk   mengembangkan  situasi  belajar  mengajar  yang

dilakukan guru di kelas. Sehingga dalam hal ini bukan saja memperbaiki kemam-

puan mengajar tetapi juga untuk pengembangan potensi kualitas guru. Sedangkan

Taufik   (2003:   4),   menyatakan   bahwa   tujuan   supervisi   bimbingan   konseling

menurut jenisnya yaitu :

(1)  Tujuan  supervisi  klinis  adalah  peningkatan  keterampilan  profesional  dan

fungsi-fungsi etis konselor.

(2)  Tujuan supervisi pengembangan adalah peningkatan program bimbing   an

dan konseling dan pengejaran perkembangan profesional konselor.

(3)  Tujuan   supervisi   administratif   adalah           jaminan   bahwa   konselor   mem

punyai  kebiasaan  pekerjaan  yang  patut  dilakukan,  mematuhi  hukum  dan

kebijakan, hubungan baik dengan staf sekolah yang lain dan orang tua, dan

kegiatan pendidikan lainnya yang secara efektif dikerjakan di sekolah.




26





Sedangkan  Abimanyu  (2005:  2)  menyatakan  bahwa  tujuan  supervisi  bimbingan

konseling     adalah  untuk:  (1)   Mengendalikan kualitas  pelaksanaan  layanan

bimbingan  konseling  dan  hasilnya,  (2)  Mengembangkan  profesionalisme  petugas

bimbingan  konseling  /guru  pembimbing  dan  (3)  memotivasi  petugas  bimbingan

konseling  /guru  pembimbing  agar  dapat  berkelanjutan  melaksanakan  kegiatan-

kegiatan   bimbingan   konseling,   menemukan   dan   memperbaiki   kesalahan   dan

kekurangan.  Berdasarkan  tujuan  supervisi   bimbingan  konseling  diharapkan

kualitas   guru   pembimbing  semakin   baik   dan  lebih   profesional,  sehingga

kinerjanya akan semakin baik. Oleh sebab itu supervisi bimbingan konseling oleh

kepala   sekolah   sangat   diperlukan   dalam   rangka   meningkatkan   kinerja   guru

pembimbing   dalam   melaksanakan   tugas   pokok   fungsionalnya.   Seperti   yang

dikemukakan  oleh  Sukardi  (2003:  152)          “untuk  lancarnya  penyelenggaraan  dan

tingginya tingkat keberhasilan kegiatan bimbingan konseling di sekolah, kegiatan

fungsional-profesional-keahlian guru pembimbing perlu terus menerus dibina dan

dikembangkan  searah  dan  sejalan  dengan  perkembangan  iptek  yang  mendasari

kegiatan atau pelayanan bimbingan konseling yang dimaksudkan.



2.2.4    Fungsi Supervisi Bimbingan Konseling

Bertitik  tolak  dari                                          tujuan  supervisi  bimbingan  konseling  tersebut  di  atas,

maka fungsi supervisi bimbingan konseling pada hakekatnya adalah melayani dan

membantu  guru  pembimbing  yang  mengalami  kesulitan  di  dalam  melaksanakan

tugas  pokoknya,  hal  ini  sesuai  dengan  Depdikbud  (1994:  20)  disebutkan  bahwa

fungsi   kepengawasan  layanan   bimbingan   antara   lain   memantau,  menilai,




27






memperbaiki, meningkatkan dan mengembangkan kegiatan layanan bimbingan di

sekolah.   Sedangkan   Gaffar   (1992:   144)   menyatakan   bahwa   fungsi   supervisi

adalah  proses  membantu  para  guru  dalam  memecahkan  masalah-masalah  yang

mengganggu   dan   menghalangi   berlangsungnya   efektifitas   dalam   proses

pendidikan.




2.2.5   Supervisi Bimbingan Konseling

Seperti yang dikemukakan di depan bahwa supervisi bimbingan konseling

adalah   bantuan   layanan   dan   pembinaan   kepada   guru   pembimbing   agar   dapat

mengembangkan keprofesionalannya sehingga dapat memperbaiki dan meningkat

kan   mutu   layanan   bimbingan   konseling   di   sekolah.   Berdasarkan   pengertian

tersebut  maka   supervisi   bimbingan  konseling  yang   baik   adalah  supervisi

bimbingan konseling yang mempunyai sifat membimbing agar mampu membantu

meningkatkan  kinerja  guru  pembimbing  dalam  melaksanakan  tugasnya.  Hal  ini

sesuai   dengan   hasil   penelitian   Haryanto   dkk.   (2001)   yang   menyimpulkan   ada

hubungan  yang  signifikan  antara  kegiatan  supervisi  oleh  kepala  sekolah  dengan

kinerja guru dalam proses pembelajaran serta kegiatan belajar.

Sedangkan   dalam   penelitian   ini   yang   dimaksud   supervisi   bimbingan

konseling   adalah   supervisi   klinis    dengan   pendekatan  kolaboratif   yang

dikemukakan oleh Turney dalam Dirjen Dikdasmen (1993: 15) disebutkan bahwa

dalam pelaksanaan supervisi klinis supervisor  harus memiliki keterampilan yaitu:

a  Keterampilan  membentuk  kerangka   b.  keterampilam  pemfokusan  supervisi




28





kepada:    1).   Guru   pembimbing.    2).   klien   /   siswa.   3).   intreraksi  guru

pembimbing dan siswa / klien. c. keterampilan konsolidasi analisis awal.

Pelaksanaan   supervisi   bimbingan   konseling   oleh   kepala   sekolah   harus

sesuai  dengan  aturan  yang  ada,  oleh  sebab  itu  Prayitno  (2001:  33)  menyatakan

“dalam   melaksanakan   supervisi   bimbingan   konseling,   supervisor   hendaknya

bekerja   sesuai   dengan   proses   yang   teratur   yaitu   melalui   langkah-langkah:   (a)

perencanaan  program  supervisi,   (b)   pengumpulan  dan  penilaian   data,  (c)

menganalisis hasil penilaian, (d) melaksanakan pembinaan, (e) menyusun laporan

hasil supervisi”. Demikian juga dengan Imron (1995: 91) menyatakan

“kepala   sekolah   dalam   melakukan   supervisi   harus:   (a)   mampu
merencanakan   supervisi,   (b)   mampu   merumuskan   tujuan   supervisi,   (c)
mampu   merumuskan   prosedur   supervisi,   (d)   mampu   menyusun   format
observasi untuk supervisi, (e) mampu berunding dan bekerja sama dengan
guru pembimbing, (f) mampu melaksanakan supervisi berdasarkan format
yang   ada,   (g)   mampu   menyimpulkan   hasil   supervisi,   (h)   dan   mampu
mengkonfirmasikan hasil supervisi untuk tindak lanjut”.


2.2.5.1 Pengertian Supervisi Klinis

Seperti yang dikatakan didepan bahwa dalam penelitian supervisi bimbingan

konseling  menggunakan  teori  supervisi  klinis.  Adapun  yang  dimaksud  dengan

Supervisi  klinis  adalah  Sahertian,  (2000:  37)  menyatakan  bahwa  superisi  klinis

adalah : Suatu proses pembimbingan dalam pendidikan yang bertujuan membantu

pengembangan  profesional  guru  dalam  pengenalan  mengajar  melalui  observasi

dan   analisis   data   secara   obyektif,   teliti   sebagai   dasar   untuk   usaha   mengubah

perilaku   mengajar   guru.  Sedangkan  menurut   Direktorat   Pendidikan   Menengah

Umum (1993: 3) Supervisi klinis adalah :




29





Supervisi yang dilaksanakan oleh pejabat dilingkungan pendidikan,
yang  atas  dasar  otoritas  formal  dan  profesionalnya,  melakukan  kegiatan
supervisi terhadap petugas pelaksana pendidikan yang berada pada jenjang
dibawahnya, dengan tujuan agar pejabat tersebut dapat membantu petugas
pelaksana  kependidikan  menjalankan  tugas-tugasnya  dibidang  pendidikan
dengan  cara  yang  sebaik-baiknya  sesuai  dengan  tujuan  dan  standar  yang
ditetapkan.

Berdasarkan  pengertian  diatas  dapat  disimpulkan,  bahwa  supervisi  klinis

dalam   layanan   bimbingan   konseling   adalah   layanan   bantuan   kepada   guru

pembimbing  dalam   rangka    memperbaiki  dan  meningkatkan perilaku  guru

pembimbing dalam melaksanakan tugas sehingga menjadi lebih berdaya guna dan

berhasil guna.



2.2.5.2 Tujuan Supervisi Klinis

Kepala  Sekolah  dalam  melaksanakan  supervisi  klinis  mempunyai  tujuan,

seperti yang dikemukakan oleh Direktorat Pendidikan Menengah Umum (1993: 3-

4)   bahwa  supervisi  klinis  mempunyai  tujuan   membantu petugas  pelaksana

pendidikan  agar  mereka  dapat  melaksanakan  tugas-tugas  mereka  dengan  sebaik-

baiknya  sesuai  dengan  tujuan  dan  standar  yang  ditetapkan.  Sedangkan  Taufik

(2003: 4),   menyatakan tujuan supervisi klinis adalah meningkatkan keterampilan

profesional  dan  fungsi-fungsi  etis  konselor.  Berdasarkan  uraian  diatas,  tujuan

supervisi  klinis  dalam  bimbingan  konseling  adalah  membantu  guru  pembimbing

agar  mampu  melaksanakan  dan  meningkatkan  tugas-tugas  serta  fungsi  profesi

dengan sebaik-baiknya sesuai dengan tujuan dan standar yang ditetapkan.




30





2.2.5.3 Ciri-ciri Supervisi Klinis

Supervisi  klinis  berbeda  dengan  supervisi  yang  lain,  oleh  sebab  itu super-

visi   klinis   yang   baik   mempunyai   ciri-ciri,   menurut   Sehertian,   (2000:   38-39)

bahwa ciri supervisi klinis adalah :

a.      Bantuan  yang  diberikan  bukan  bersifat  instruksi  atau  memerintah,  tetapi
tercipta hubungan manusiawi.
b.     Supervisi timbul dari harapan dan dorongan guru pembimbing sendiri.
c.      Tingkah   laku   melakukan   kegiatan/mengajar   merupakan   satuan   yang
terintergrasi, maka harus di analisis.
d.     Suasana dalam supervisi harus penuh dengan kehangatan, kedekatan dan
keterbukaan.
e.      Aspek  yang  disupervisi  tidak  hanya  keterampilan  melaksanakan  tugas
tetapi juga aspek kepribadian.
f.      Instrumen  Observasi   yang digunakan   merupakan    hasil   kesepakatan
antara kepala sekolah dengan guru pembimbing.
g.     Balikan harus cepat diberikan dan harus obyektif.
h.     Percakapan balikan harus datang dari guru pembimbing lebih dulu bukan
dari kepala sekolah.


2.2.5.4 Prinsip  prinsip supervisi klinis

Dalam   melakukan   supervisi klinis   kepala   sekolah   harus memperhatikan

prinsip-prinsip yang ada agar   pelaksanaan supervisi dapat   berjalan sesuai dengan

harapan, Adapun prinsip supervisi klinis menurut Sahertian, (2000: 39) meliputi :

a.   Supervisi dilaksanakan berdasarkan inisiatif dari guru pembimbing
b.   Hubungan manusiawi bersifat interaktif dan rasa kesejawatan
c.   Suasana bebas, guru pembimbing bebas untuk mengemukakan pandangan
nya,  kepala  sekolah  berusaha  untuk  memahami  apa  yang  diharapkan  oleh
guru pembimbing
d.  Obyek  kajian  adalah  kebutuhan  profesional  yang  nyata  dialami  oleh  guru
pembimbing
e.   Perhatian dipusatkan pada unsur-unsur spesifik yang harus diperbaiki.

Supervisi   klinis   dalam   supervisi   bimbingan   konseling   ini   menggunakan

pendekatan   kolaboratif,   sebab   dengan   pendekatan   kolaboratif   dapat   mening-




31





katkan  hubungan  antara  kepala  sekolah  dengan  guru  pembimbing.  Seperti  yang

diungkapkan  oleh  Direktorat  Pendidikan  Menengah  Umum  (1993:  6)    Untuk

mencapai  hasil  yang  memuaskan  dalam  pelaksanaan  supervisi  klinis  diterapkan

pendekatan  yang  kolaboratif,  yang  memberi  warna  kemitraan  antara  supervisor

dan orang yang  disupervisi”. Adapun  ciri  pendekatan  kolaboratif dalam  supervisi

klinis menurut Direktorat Pendidikan Menengah Umum (1993: 9 ) yaitu :

a.   Supervisor bertindak sebagai mitra atau rekan kerja
b.   Kedua belah pihak berbagi kepakaran
c.   Pendekatan   yang   digunakan   adalah   pendekatan   inkuiri,   yakni   saya
mencoba   memahami apa yang dilakukan oleh orang yang saya amati
d.   Diskusi  sebagai  langkah  lanjut  dari  pengamatan  bersifat  terbuka  atau
fleksibel dan jelas tujuannya.
e.   Tujuan   supervisi   adalah   membantu   guru   pembimbing   berkembang
menjadi   guru   pembimbing   yang   profesional   melalui   kegiatan   yang
reflektif.


2.2.5.5 Pelaksanaan dalam supervisi klinis

2.2.5.5.1   Pertemuan awal

Dalam   pertemuan   awal   ada   pembicaraan   dan   kesepakatan   antara   guru

pembimbing  dengan  kepala  sekolah  mengenai  hal-hal  yang  menjadi  pusat

pengamatan, agar guru pembimbing tahu persis mengenai pokok-pokok yang akan

disupervisi, dan agar merasa tidak di jebak oleh supervisor.



2.2.5.5.2   Pengamatan / Observasi
Dalam  kegiatan  pengamatan  supervisi  klinis  ada  tiga  hal  yang  menjadi

pusat perhatian kepala sekolah, yaitu  guru pembimbing, klien/siswa dan interaksi

antara klien dengan guru pembimbing, dalam hal ini apa yang akan menjadi pusat

perhatian pengamatan sudah dibicarakan pada saat per- temuan awal.




32





2.2.5.5.3   Pertemuan akhir

Dalam  pertemuan  akhir  ini  dibicarakan  mengenai  hasil  pengamatan  yang

terpusat pada pembicaraan waktu pertemuan awal yang telah disetujui bersama.

Berkaitan  dengan  penelitian  ini  konsep  supervisi  pembinaan  bimbingan

konseling adalah Teknik layanan dan bantuan yang diberikan oleh kepala sekolah

kepada  guru pembimbing  dalam rangka memperbaiki  dan  meningkatkan  perilaku

guru pembimbing dalam melaksanakan  tugas pokok  sehingga lebih  berdaya  guna

dan berhasil guna.