A.
PENDAHULUAN
Berkembangnya
ilmu pengetahuan dan teknologi merupakan perwujudan terjadinya perubahan kearah
positif budaya yang dimiliki oleh manusia. Hal ini didasari pada sebuah
keyakinan bahwa setiap hasil dari daya yang dimiliki manusia baik cipta, rasa,
karsa dan karya yang dikatakan sebagai sebuah budaya dalam wujud teknologi akan
meningkatkan produktifitas kerja manusia. Dikatakan demikian karena teknologi
tercipta sedianya akan mempermudah serta meningkatkan efektifitas kerja
manusia, sehingga manusia menjadi lebih produktif dalam bekerja. Teknologi juga
dapat dikatakan sebagai hasil budaya manusia karena merupakan hasil dari
gagasan manusia yang akhirnya melahirkan sebuah karya dan dapat menunjang kehidupan
manusia.
Salah
satu bidang kehidupan manusia yang saat ini sedang giat dalam menempatkan
teknologi sebagai bagian penting dari proses dan program kerjanya adalah bidang
pendidikan. Pendidikan menjadi salah satu bidang yang mencoba meningkatkan
peranan teknologi sebagai salah satu penunjang proses peningkatan efektifitas
hasil kerja melalui optimalisasi serapan peserta didik terhadap materi
pembelajaran dan pendidikan. Salah satunya diwujudkan dengan pemanfaatan
media-media pembelajaran berbasis komputer yang diharapkan dapat menarik minat
dan memotivasi peserta didik dalam pembelajaran. Seperti dengan mulai
diterapkannnya pembelajaran berbasis multimedia, e-learning serta pemanfaatan
beberapa aplikasi komputer dalam pembelajaran. Selain itu kini juga semakin
marak situs-situs internet yang menyediakan berbagai materi pelajaran yang
dapat diakses gratis maupun berbayar yang dapat menunjang ketercapaian target
kompetensi dasar yang harus dikuasai oleh peserta didik/ siswa.
Bimbingan
dan konseling sebagai bagian integral pendidikan juga tak luput dari
sentuhan-sentuhan teknologi dalam pelaksanannya. Semakin ditegaskannya peranan
bimbingan dan konseling dalam sistem pendidikan nasional melalui UU No. 20
Tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional serta penegasan profesi bimbingan
dan konseling dalam tatanan pedidikan formal (Abkin, 2008) seharusnya menjadi
rujukan utama para konselor[2][2] dalam mengoptimalkan peranan teknologi dalam setiap
layanan yang diberikan, baik itu secara klasikal, kelompok maupun dengan format
individual. Sehingga proses pelayanan bimbingan dan konseling yang diharapkan
dapat memandirikan siswa dapat secara optimal tercapai melalui alat bantu
maupun layanan-layanan yang berbasis penggunaan teknologi informasi. Apa dan
bagaimana sebenarnya peranan teknologi serta sejauh mana manfaatnya dalam
bimbingan dan konseling baik bagi konselor maupun siswa, akan dibahas dalam
makalah ini.
B.
MANUSIA DAN BUDAYA
1. Manusia dan Budaya Sebagai
Sebuah Kesatuan
Manusia
dikaruniai oleh Tuhan YME dengan berbagai kelebihan sehingga mampu menciptakan
berbagai hal yang dapat menunjang kehidupannya. Sebagaimana diketahui bahwa
sebagai khalifah atau pemimpin di bumi manusia dianugrahi dengan keistimewaan
berupa kemampuan berpikir dan merasa yang jauh lebih tajam dibandingkan makhluk
Tuhan yang lain tentunya akan mampu melahirkan karya cipta baik immaterill
(misalnya dalam bentuk gagasan) maupun materiil (misal dalam bentuk benda-benda
karya manusia). Hasil karya semacam ini sering diarTIan sebagai budaya yang
dimiliki oleh manusia.
E.B.Taylor
(1987)[3][3] memberikan pengertian bahwa budaya adalah keseluruhan
yang kompleks, didalamnya terdapat ilmu pengetahuan, kepercayaan, kesenian,
moral, hukum, adat istiadat dan kemampuan-kemampuan yang lain serta kebiasaan
yang didapat manusia sebagai anggota masyarakat. Pengertian ini meniTIberatkan
pada sisi dimana budaya merupakan sesuatu yang kompleks yang dihasilkan manusia
melalui situasi bermasyarakat.
Koentjaraningrat
(1980) berpendapat bahwa budaya merupakan keseluruhan sistem gagasan, tindakan
dan hasil karya manusia dalam rangka kehidupan bermasyarakat yang dijadikan
milik diri manusia melalui proses belajar. Pengertian ini merujuk pada
bagaimana kemampuan berpikir dan merasa memalui gagasan, dilanjutkan dengan
sebuah tindakan akan melahirkan sebuah hasil karya dalam kehidupan
bermasyarakat dan akhirnya lahirlah sebuah budaya.
Dengan
demikian, budaya atau kebudayaan memiliki arti yang luas dibandingkan yang
merupakan bagian dari kebudayaan itu sendiri Dengan kata lain kebudayaan
menyangkut beberapa aspek yang antara lain adalah:
a. tingkah
laku;
b. hasil-hasil
tingkah laku; dan
c. aturan-aturan
tingkah laku yang terpola dalam kehidupan masyarakat.
Aspek-aspek
diatas mrupakan bagian dari pribadi manusia secara utuh. sehinga dari dua
pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa, budaya dan manusia adalah satu
kesatuan, budaya takkan pernah ada tanpa manusia begitu pula sebaliknya.
Sebagai sebuah hasil dari buah pikir manusia, budaya adalah akibat dari manusia
yang memiliki gagasan kemudian bertindak dan melahirkan sebuah karya yang
akhirnya bisa dimanfaatkan secara bersama dalam masyarakat.
2. Teknologi Informasi Sebagai
Bentuk Budaya Manusia
Teknologi
informasi adalah istilah yang digunakan
untuk menggambarkan item peralatan (hardware) dan program komputer (software)
yang memungkinkan kita untuk mengakses, menyimpan, mengorganisir, memanipulasi, dan menyajikan informasi dengan
cara elektronik[4][4]. Dengan
demikian apapun informasi yang didapat oleh manusia dapat diproses dengan
menggunakan teknologi informasi sehingga dapat memiliki nilai tambah terutama
dari segi manfaat bagi manusia.
Teknologi
informasi merupakan sebuah perwujudan materiil hasil dari sebuah gagasan yang
dimiliki manusia dalam mencari cara mempermudah manusia dalam bekerja. Dari
sebuah tindakan dengan berbagai penelitian dan percobaan-percobaan kemudian
dihasilkanlah sebuah metode atau cara dengan menggunakan alat elektronik
(komputer, hand phone, modem, dsb.)
untuk mengolah informasi yang didapatkan. Hal inilah yang menjadi bahan rujukan
bahwa teknologi informasi merupakan wujud hasil budaya manusia. Alat-alat ini
akan mempermudah, mengefektifkan serta meningkatkan efisiensi kerja manusia
sehingga lebih produktif dalam bekerja.
Sebagai
hasil budaya yang selayaknya dapat membantu mempermudah kerja manusia,
teknologi selayaknya menjadi enabler
dimana yang seharusnya tidak ada, dengan adanya teknologi bisa diwujudkan
keberadannya[5][5]. Seperti kesulitan menemukan bibit padi yang unggul,
dengan adanya teknologi rekayasa geneTIa maka dimungkinkan diciptakannya bibit
padi berkualitas terbaik. Dalam bidang-bidang yang lain, teknologi juga
diharapkan memliki peran yang sama besarnya seperti yang dijelaskan diatas.
Terutama dalam dunia pendidikan dimana diharapkan dengan adanya perkembangan
teknologi informasi diikuti pula dengan munculnya inovasi-inovasi baru dalam
pembelajaran. Sehingga, pada akhirnya upaya optimalisasi potensi peserta didik
dapat tercapai dengan baik.
C.
PERANAN TEKNOLOGI INFORMASI
DALAM PENDIDIKAN
1. Asumsi Dasar Pemanfaatan
Teknologi Informasi di Dunia Pendidikan
Teknologi
informasi dalam pendidikan mencakup setiap kemungkinan sarana (alat) yang dapat
digunakan untuk menyajikan informasi dalam pendidikan dan latihan. Ellington
(1989) menyatakan bahwa teknologi dalam pendidikan pada dasarnya adalah apa
yang oleh teknologi pendidikan dipopulerkan dengan nama alat bantu pandang
dengar (audiovisual aid). Selanjutnya dikembangkan dalam pembelajaran untuk
pencapaian tujuan pembelajaran tertentu. Teknologi dalam pendidikan merupakan
perpaduan Aspek Teoritis Dalam Pendidikan, Aspek Perangkat Keras
(komponen yang saling bergantung tetapi tidak berbeda satu sama lainnya) dan Aspek
Perangakat Lunak (berkenaan dengan benda yang dipakai pada perangkat
keras).
“Technology
is a tool. A Means to the end. Not the end in itself (anonymous).” Dalam
konteks pendidikan, sesungguhnya peran TI adalah sebagai “enabler”
atau alat untuk memungkinkan terjadinya proses pembelajaran yang efektif dan
efisien serta menyenangkan. TI adalah sarana untuk mencapai tujuan, bukan
tujuan itu sendiri.
Dengan
demikian, bila dilihat dari sisi peran TI bagi guru, maka eLearning yang
sesungguhnya adalah pemanfaatan TI secara relevan dan tepat oleh guru untuk
memungkinkan dirinya:
a. menjadi
fasilitator, kolaborator, mentor, pelatih, pengarah dan teman belajar.
b. dapat
memberikan pilihan dan tanggung jawab yang besar kepada siswa untuk mengalami
peristiwa belajar.
Jika,
pemanfaatan TI oleh guru bertujuan hanya untuk mempermudah dirinya menyampaikan
materi, dimana ia sebagai satusatunya sumber informasi dan sumber segala
jawaban, maka empat keterampilan masyarakat abad 21 yang dicanangkan PBB di
atas tidak akan berhasil. (adaptasi dari Division of Higher Education,
UNESCO, 2002). Sementara itu, bila dilihat dari sisi peran TI bagi siswa,
maka e-learning yang sesungguhnya
adalah pemanfaatan TI secara relevan dan tepat oleh guru untuk memungkinkan
siswa:
a. menjadi
partisipan aktif. Jika pemanfaatan TI dalam pembelajaran masih membuat siswa
tetap pasif, seperti guru mengajar dengan menggunakan slide presentasi dimana
yang masih dominan adalah dirinya, maka sia-sialah teknologi tersebut
digunakan.
b. menghasilkan
dan berbagi (sharing) pengetahuan/keterampilan serta berpartisipasi sebanyak
mungkin sebagaimana layaknya seorang ahli.
c. belajar
secara kolaboratif dengan siswa lain.
2. Pemanfaatan TI Sebagai
Wujud Reformasi Pembelajaran
Berkembangnya
pemikiran-pemikiran tentang sistem pendidikan atau model pembelajaran yang
terbaik untuk masa depan yang didahului dengan berkembangnya teori dan
pengetahuan mengenai otak dan kecerdasan manusia pada dasarnya merupakan
dinamika dari obsesi untuk menggelar reformasi pembelajaran (school reform).
Amerika Serikat, sebagai sebuah negara yang sering dijadikan ukuran dalam
kemajuan di berbagai bidang, sudah mulai merasakan kebutuhan akan school
reform, bahkan education reform, sejak akhir 1980-an. Saat itu,
masyarakat Amerika menganggap sistem pendidikan yang tengah berlaku tidak mampu
lagi mengikuti kemajuan bidang-bidang lainnya, khususnya dunia kerja (bisnis)
(Means, 1993).
Keinginan
untuk melakukan perubahan fundamental dan inovasi sebagai upaya reformasi
pendidikan didukung oleh banyak pihak yang berkepentingan (stake holders)
seperti para gubernur dan legislator, koalisi-koalisi bisnis, dan juga para
pendidik termasuk asosiasi guru, lembaga-lembaga pendidikan, dan para
administrator sekolah. Selanjutnya, merebaklah perdebatan serius di antara para
pendidik, penentu kebijakan, dan warga negara, mengenai bentuk reformasi
struktural yang paling ideal.
Dari
teori-teori yang berkembang dan praktik-praktik di berbagai negara, dan dalam
rangka melaksanakan gerakan pembaruan pendidikan, dapat ditarik kesimpulan
bahwa ada dua aspek pembaruan yang penting, sebagai berikut:
a. Pembaruan
pendekatan pembelajaran, yang menyangkut esensi, materi dan metode
pembelajaran. Pembaruan ini dilantari oleh berbagai temuan/teori/konsep baru
yang berkembang mengenai otak dan kecerdasan, dan dipicu oleh perubahan
multidimensional dalam lingkungan hidup dan kehidupan yang menuntut komitmen
dan kemampuan manusia (SDM) yang makin tinggi,
b. Pemanfaatan
teknologi informasi/komunikasi yang sudah sedemikian canggih untuk menunjang
keberhasilan pembaruan strategi dan teknik pembelajaran.
Kedua
aspek pembaruan tersebut menyatu dalam semangat dan misi untuk melakukan
reformasi pembelajaran (school reform), bahkan reformasi pendidikan (education
reform). Reformasi ini niscaya melibatkan aspek-aspek yang lebih luas,
seperti pembaruan kelembagaan, peraturan/legislasi, manajemen, pembiayaan, dan
sumber daya manusia. Semua ini hanya dapat dilakukan dengan landasan komitmen
politik (political will) negara untuk memajukan pendidikan.
Salah
satu upaya fundamental yang mulai dirintis oleh pemerintah Indonesia dalam hal
ini adalah Kementrian Pendidikan Nasional atau sekarang telah berganti menjadi
Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan adalah mulai dirancangnya peningkatan
peranan teknologi dalam proses pembelajaran. Hal ini dituangkan dalam Rencana
Strategis Kemetrian Pendiikan Nasional Tahun 2010 – 2014 dimana peningkatan
sistem tata kelola yang handal tentunya didukung dengan adanya peningkatan
kualitas pengguaan teknologi informasi dalam pengelolaan manajemen instansi
pendidikan.
ICT (Information Comunication
Technology) kini telah menjadi poin penting dalam program pengembangan
pendidikan nasional. Dalam rencana strategis kementrian pendidikan nasional
2005 - 2009 juga telah dirumuskan bahwa pengembangan dan pemanfaatan ICT untuk
mendukung peningkatan peran dan fungsi pelayanan pendidikan. Sistem yang
dikembangkan diusahakan untuk dapat memenuhi dua hal, yaitu (a) kebutuhan
manajemen atas sistem pendataan dan informasi yang akurat, mutakhir (uptodate) , dan mudah diakses; (b)
kebutuhan masyarakat atas data dan informasi pelayanan pendidikan. Beberapa
kegiatan yang sifatnya pengembangan dan pemanfaatan ICT, antara lain sebagai
berikut (1) merancang dan mengimplementasikan sistem jaringan pendidikan
nasional (Jardiknas), yang mencakup jaringan intranet dan internet, yang
terhubung ke semua unit utama dan unit kerja Depdiknas di pusat, dinas
pendidikan provinsi, dinas pendidikan kabupaten/kota, satuan
pendidikan/sekolah, UPT pendidikan lainnya dengan pusat data dan aplikasi/IDC (Information Databse Center), (2)
merancang dan membuat aplikasi pangkalan data (database) yang menyimpan dan pengolah data dan informasi sistem dan
prosedur keuangan, sistem perencanaan dan sistem monitoring, sistem
kepegawaian, sistem pengawasan internal, sistem aset, sistem nomor pokok
sekolah nasional (NPSN), sistem nomor induk siswa nasional (NISN), sistem nomor
induk mahasiswa, sistem nomor induk guru nasional (NIGN), sistem nomor induk
dosen, dan konten-konten pembelajaran lainnya; (3) menyediakan dan meningkatkan
pemanfaatan TV edukasi sebagai materi pengayaan dalam rangka menunjang peningkatan
mutu pendidikan; dan (4) memfasilitasi pengumpulan/pemanfaatan media massa guna
peningkatan proses pembelajaran dan pengajaran. Selain itu juga akan dilakukan
penataan sistem dan mekanisme inventarisasi dan dokumentasi sarana,prasarana
dan aset pendidikan, termasuk pengelolaan dokumen dan arsip Depdiknas yang saat
ini mengadapi kesulitan. Kegiatan ini dapat memanfaatkan peran TIK yang dapat
mentransformasikan pendataan dan kearsipan konvensional ke sistem digital
(Kemendiknas. 2005: 60).
Secara eksplisit, dalam Rencana Strategis Kementrian Pendidikan Nasional
Tahun 2010 - 2014 yang tercantum dalam BAB VI poin 6.4. akan dibangun sistem
dan teknologi informasi terpadu berbasis media komputer dan internet
(Jardiknas) yang akan menyimpan seluruh database
pendidikan dalam skala nasional. Selain itu, dimungkinkan juga pembelajaran
berbasis e-learning dimana proses
belajar mengajar tanpa harus dilakukan dengan tatap muka. Dengan demikian, maka
pemanfaatan media teknologi informasi terutama yang berbasis komputer mutlak
harus dikuasai dan dilaksanakan oleh setiap tenaga pendidik maupun kependidikan
untuk mencapai tujuan dari rencana strategis kemendiknas tersebut (Kemendiknas.
2010: 77).
Dengan
adanya peningkatan peran TI serta peningkatan kualitas pendayagunaan TI
terutama dalam proses pembelajaran diharapkan dapat melahirkan inovasi-inovasi
baru serta semakin variatifnya metode pembelajaran. Sehingga, metode
pembelajaran konvesnsional yang dikatakan menjenuhkan dan cenderung kurang
aspiratif dapat segera terreformasi melalui penggunaan media TI. Media serta
metode pembelajaran yang variatif dan inovatif secara linear juga berdampak
pada daya serap peserta didik terhadap materi belajar. Hal ini lebih dilatar
belakangi oleh minat yang meningkat serta peningkatan interaktifitas proses
pembelajaran yang akan memfasilitasi potensi berkembang dari setiap peserta
didik. Melalui media-media interaktif pembelajaran berbasik TI inilah
diharapkan hal-hal semacam ini muncul. Sehingga pemanfaatan TI sebagai media
reformasi pembelajaran tentu hal yang patut menjadi pertimbangan utama dalam
pengembangan kurikulum serta teknik dan metode mendidik para peserta didik.
D.
TEKNOLOGI INFORMASI DAN
PERANANNYA DALAM BIMBINGAN DAN KONSELING
1.
Gambaran Umum dan Penyebab
Perlunya Pemanfaatan Tekologi Informasi dalam Layanan Bimbingan dan Konseling
Bimbigan konseling sebagai bagian
integral dari pelayanan pendidikan juga tak luput dari sentuhan – sentuhan
peningkatan peran TI. Sesuai dengan Permendiknas No. 22 Tahun 2006 tentang standar
isi, bimbingan konseling adalah salah satu wadah bagi proses pengembangan diri
siswa dimana konselor sebagai petugas bimbingan konseling yang akan membantu
memfasilitasi perkembangan siswa secara optimal. Ditegaskan pula dalam pasal 1
poin ke-6, UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional bahwa
konselor adalah bagian dari tenaga pendidik yang harus turut serta
berpartisipasi dalam mewujudkan terselenggaranya pelayanan pendidikan yang
berkualitas.
Upaya komputerisasi pelayanan
bimbingan konseling sudah mulai dikembangkan beberapa tahun terakhir. Di kancah
internasional, beberapa jurnal ilmiah telah membahas tentang hal ini. Beberapa
judul jurnal ilmiah seperti “A School
Counseling Program CD-ROM To Foster Family Midle School Engagement[6][6]” telah mengulas bagaimana penggunaan media berbasis CD-ROM untuk membantu
permasalahan keluarga. Dalam judul lain “e-Guidance & Virtual
career development[7][7]” dimana ide utamaya adalah meberikan pelayanan
bimbingan karier untuk mengembangkan karier dengan bantuan media ICT.
Selanjutnya dalam “ICT for Counseling and Careers Guidance Services[8][8]”, dijelaskan bahwa pemanfaatan ICT dapat
membantu konselor dalam pelaksanaan pelayanan bimbingan karier bagi klien.
Selain itu masih banyak lagi jurnal tentang bimbingan dan konseling yang
membahas tentang pemanfaatan ICT untuk membantu proses pelayanan bimbingan
konseling yang lebih baik.
Di Indonesia, ada beberapa judul yang juga membahas tentang
pemanfaatan ICT dalam pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling. Dalam sebuah
disertasi yang
disusun oleh Hartono[9][9](2009) dengan judul “Efektivitas Bimbingan Karier Berbantuan Komputer Terhadap Kemandirian
Pengambilan Keputusan Karier Siswa SMA” yang juga telah mengembangakan software
berbasis Delphi 7 yang diberi nama
PLABK-SMA yang bisa dijadikan sebagai alat bantu dalam melaksanakan bimbingan
karier untuk meningkatkan kemadirian siswa dalam mengambil keputusan yang
terkait dengan pilihan karier yang akan dipilih oleh siswa. Dalam hasil
penelitian lain yang disusun oleh Nur Hidayah dan Triyono (2009) telah
mengembangkan konseling kolaboratif berbasis ICT dimana digunakan media ICT
dengan dikolaborasikan model konseling yang telah ada untuk melaksanakan
pelayanan bimbingan dan konseling[10][10]. Sebelumnya Agus Triyanto (2006) juga telah memberikan konsep aplikasi
komputer untuk pelayanan bimbingan dan konseling[11][11].
Di pertengahan tahun 2007
Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) meluncurkan software analisis tugas
perkembangan berbasis komputer yang diberi nama ATP. Software ini dirancang
untuk tiga jenjang pendidikan mulai dari SD, SMP, SMA sampai dengan perguruan
tinggi dengan memakai dasar teori tugas perkembangan di masing – masing jenjang
pendidikan. Tidak hanya UPI, program pendidikan profesi konselor (PPK)
Universitas Negeri Semarang yang digawangi oleh para mahasiswanya juga mulai
menyusun dan meluncurkan software analisis psikologis manusia serta instrumen
berbasis media komputer yang diharapkan mampu mmambantu proses pelayanan
bimbingan dan konseling. Software yang dimaksud adalah aplikasi pengolah dan
analisis sosiometri, DCM, AUM PTSDL serta self esteem dan locus of control
berbasis microsoft excel yang dibuat
dan dikembangkan oleh Akhmad Rifa`i dan Mastur sebagai mahasiswa PPK Unnes
angkatan kedua. Selain itu sebagai salah satu produk disertasi Hartono (2009)
juga menghasilkan software analisis baru yang diberi nama PLABK-SMA yang
berfungsi membantu konselor dalam melaksanakan bimbingan karier pada siswa SMA.
Secara
khusus dalam konteks bimbingan karir, upaya pemanfaatan ICT telah mulai
dirilis sejak awal tahun 1998. Diawali oleh penelitian untuk disertasi dari John Fannin Leckie (1998) dengan judul “The Effect Of A Computer-Assisted Career Guidance Program And A Vicarious
Experience On Career Decision-Making Self-Efficacy” telah berhasil mengungkap bahwa bimbingan karir
berbantuan komputer dapat meingkatkan penilaian
seseorarang akan keberhasilan karir yang telah dipilih. Kemudian dilanjutkan
oleh Sampson dari The Florida State University (2000) dengan judul penelitian “Computer-Assisted Career Guidance: Ethical
Issues Bibliography”. Di Indonesia upaya pemanfaatan teknologi untuk
bimbingan karir telah dimulai oleh Hartono (2009). Dalam disertasinya yang
berjudul “Efektifitas Bimbingan Karir Berbantuan Komputer Terhadap Kemandirian
Pengambilan Keputusan Karir Siswa Kelas XI SMA Negeri 10
Surabaya” yang dilakukan di Surabaya,
telah berhasil memanfaatkan media ICT yaitu komputer untuk membantu siswa untuk
meningkatkan kemandirian pengambilan keputusan karir. Selain itu dari hasil
penelitian yang dilakukan oleh Zamroni (2011) di SMA 1 Gebog Kudus menunjukkan
bahwa, pemanfaatan TI dapat pula membantu meningkatkan kematangan karir siswa.
Upaya – upaya semacam ini harus tetap
dikembangkan guna peningkatan kualitas layanan bimbingan dan konseling terutama
dalam ranah pendidikan formal sebagai lahan garapan utama bimbingan dan
konseling. Dengan dukungan sistem serta manajemen instansi pendidikan yang
kuat, niscaya TI akan menjadi faktor penujang yang akan mempengaruji secara
signifikan tercapainya optimalisasi potensi peserta didik serta peningkatan
kemandirian peserta didik melalui layanan bimbingan dan konseling.
2.
Tujuan Digunakannya TI
dalam Bimbingan dan Konseling
Pada umumnya bimbingan dan konseling dengan memanfaakan TI memiliki tujuan
umum bimbingan dan konseling
yaitu membantu siswa/ peserta didik memperoleh kehidupan yang membahagiakan
serta berkembangnya potensi secara optima melalui layanan bimbingan dan
konsleingl. Namun, secara lebih spesifik bimbingan dan konseling mmemiliki
tujuan sebagai berikut:
a. Untuk mempermudah konselor dalam
memberikan layanan bimbingan dan konseling kepada peserta didik. Kemudahan
akses dan penyimpanan serta pengolahan data yang didapat melalui penggunaan TI
menjadi alasan utama mudahnya konselor dalam memberikan layanan bagi peserta
didik.
b. Memberikan alat bantu baik bagi siswa maupun konselor dalam upaya melakukan
investigasi tentang minat, bakat, serta pilihan – pilihan karir, statistik
pekerjaan dan pendidikan yang dibutuhkan untuk memperoleh capaian karir
tertentu serta mengintai kesempatan yang bisa didapat.
c. Membantu siswa dalam mencapai kesadaran diri, melakukan eksplorasi diri,
memecahkan masalah – masalah pribadi serta sosial dan mengembangkan
keterampilan dalam mengambil keputusan dalam setiap masalah yang dihadapi.
d. Untuk meningkatkan minat atau daya tarik siswa terhadap pelayanan bimbingan
dan konseling yang diselenggarakan oleh konselor. Melalui perangkat multimedia
yang disajikan oleh konselor siswa akan tertarik untuk memahami materi layanan
yang tentunya penting bagi perkembangannya dalam menjalani kehidupan secara
mandiri.
e. Mempermudah akses siswa dalam memperoleh layanan bimbingan dan konsleling
serta berbagai macam sumber informasi yang penting bagi pengenbangan diri
siswa.
Tujuan-tujuan diatas akan tercapai jika saja sistem serta manajemen
instansi pendidikan memberikan dukungan penuh bagi para konselor di lapangan
dengan memberikan sarana dan pra-sarana yang dibutuhkan. Selain itu,
peningkatan kompetensi sumber daya manusia BK (Konselor) terutama yang berkaitan
dalam penggunaan alat berteknologi tinggi baik software maupun hardware juga
sangat dibutuhkan.
3.
Metode Penggunaan TI dalam
BK
Pemanfaatan
TI dalam berbagai kesempatan layanan bimbingan dan konseling, pada umumnya
menggunakan dua metode yaitu:
a.
Online
Kata online diartikan adalah sebagai komputer atau perangkat yang
terhubung ke jaringan (seperti Internet) dan siap untuk digunakan (atau
digunakan oleh) komputer atau perangkat lain. Dengan kata lain, online juga mengandung arti hubungan
telekomunikasi peer to peer yang
membuat dua manusia terhubung. E-counseling
adalah istilah yang lazim digunakan untuk menggambarkan proses konseling secara
online[12][12]. Layanan ini merupakan salah satu upaya yang dapat dilakukan oleh konselor
dalam mengurangi masalah yang dihadapi oleh klien. Seiring dengan berkembangnya
teknologi informasi, hal Ini merupakan tantangan bagi konselor, sehingga
konselor secara otomatis dituntut untuk berpartisipasi dan menguasainya,
kondisi ini memungkin pelaksanaan konseling tidak hanya dilakukan tatap muka di
ruang tertutup, tetapi dapat dilakukan melalui format jarak jauh.
Beberapa cara yang bisa digunakan antara lain adalah:
·
Web Blog sebagai penyedia informasi bagi peserta didik tentang segala hal yang
dibutuhkan dalam mengembangkan dirinya.
·
Chatting, metode ini biasanya digunakan untuk konseling jarak jauh yang memerlukan
penanganan segera namun terhalang jarak dan waktu.
·
E-mail, surat elektronik sekarang menjadi trend karena media yang dianggap cepat
dan terjaga privasinya untuk menyampaikan aspirasi maupun curahan hati kepada
konselor.
·
Short Message
Service (SMS), adalah media yang paling digemari karena semakin
terjangkaunya perangkat yang dibutuhkan guna tersampaikannya pesan yang dingin
disampaikan dari siswa pada konselor maupun sebaliknya.
·
Telephone, sama seperti chatting media ini
juga sering digunakan sebagai media konseling secara langsung terutama dengan
mulai adanya teknologi video call
yang dapat menampilkan ekspresi wajah siswa dalam konseling.
Beberapa metode diatas dapat dijalankan jika tersedia perangkat berupa HP/
Telepone, PC (Personal Computer),
laptop modem dan beberapa sarana pendukung yang lain seperti koneksi internet
dan headphone.
b.
Offline
Penggunaan
teknologi dalam layanan bimbingan dan konseling dengan mode offline (tidak tersambung dengan
ineternet maupun media komunikasi jarak jauh yang lain) lebih pada pemanfaatan
komputer sebagai media pengolah data serta alat bantu dalam layanan bimbingan
dan konseling mislanya dengan menggunakan beberapa program komputer seperti microsoft power point, video player dan beberapa media
interkatif lain dalam melayani siswa. Selain itu, beberapa program pengolah
data seperti micdrosoft excel dan microsoft access serta visual basic kini tersedia terutama
dalam membantu konselor dalam menampilkan layanan yang prima terhadap peserta
didik.
4.
Berbagai Produk TI dalam
Layanan Bimbingan dan Konseling
Produk
teknologi informasi yang umumnya dipakai dalam bimbingan dan konseling adalah
berbagai program komputer yang dapat dijadikan sebagai alat bantu pelayanan.
Baik yang sifatnya sebagai pengolah data maupun sebagai media pelayanan
langsung untuk peserta didik. Beberapa program yang dimaksud antara lain
sebagai berikut:
a. Media
berbasis Power Point
Media
yang disusun dengan basic power point biasanya adalah materi presentasi materi
layanan bimbingan dan konseling. Baik yang sifatnya ice breaking maupun yang penuh dengan materi yang harus dipahami
dan dikuasai peserta didik dalam berkembang mencapai tujuan dan cita-cita
pendidikannya secara optimal.
b. Media
berbasis Microsoft Excel
Media
berbasis Microsoft Excel biasanya digunakan dalam mengolah dan menganalisis
data sebagai sumber informasi utama dalam memberikan layanan kepada peserta
didik. Banyak dari program-program komputer yang menggunakan excel kini
mendapatkan sambutan positif dari konselor sebagai pengguna.
Beberapa
produk yang menggunakan excel sebagai
basis utamanya antara lain adalah pengolah data DCM, Sosiometri, slef-esteem dan locus of control, multiple intelegence dan AUM PTSDL berbasis
komputer. Produk ini pertama kali disusun oleh Akhmad Rifa`i dan Mastur sebagai
tugas dalam memperoleh gelar profesi konselor dari PPK UNNES pada tahun 2009.
Sekarang, berbbagai produk ini telah dikemas dengan apik, untuk bisa
dimanfaatkan oleh konselor di lapangan untuk membantu proses kerjanya. Aplikasi
sebagaimana disebutkan diatas adalah bentuk aplikasi instumentasi berbasis
komputer yang dapat membantu konselor dalam mengolah data untuk memahami
siswanya. Program seperti yang disebutkan diatas adalah beberapa instrumen need assesment sebagai dasar penyusunan
program layanan bimbingan dan konseling berbasis kebutuhan siswa. dengan adanya
program pengolah data ini, niscaya pkerjaan konselor bisa lebih efisisen dan
produktif karena sipermudah dengan program-program pendukung.
Selian
instrumen diatas, pada tahun 2010 Andori, dkk. dibawah naungan KES Konseling
Tegal mulai merilis IKMS (Identifikasi Kebutuhan Masalah Siswa). Aplikasi ini
merupakan sebuah kesatuan dari mulai check
list kebutuhan layanan siswa sebagai need
assesment serta pengolah data untuk menyusun program layanan hingga pada
penyusunan satuan layanan maupun satuan pendukung BK. Di tahun yang sama, Eko
Susanto menyusun e-sosiometri sebagai
produk tesisnya untuk memperoleh gelar Magister Pendidikan dari Universitas
Negeri Padang. Pada prinsipnya aplikasi yang disusun diharapkan dapat memetakan
kondisi interaksi sosial dalam sebuah kelompok. Sama halnya seperti aplikasi
yang telah disusun sebelumnya oleh Mastur dan Akhmad Rifa`i, aplikasi yang
disusun oleh Eko Susanto ini merupakan produk yang dilengkapi dengan adanya
sosiogram melalui grafik excel yang diharapkan mempermudah pemahaman konselor
terhadap kemampuan interaktifitas peserta didik.
Selain
beberapa produk diatas, telah disusun pula ABKARS (Analisis Bimbingan Karir
Untuk Siswa SMA) sebagai produk skripsi dari Edris Zamroni pada tahun 2011.
Aplikasi ini memuat berbagai data seperti data pribadi siswa, aspirasi siswa
terhadap ilihan studi, profil akademik siswa, tingkat kematangan karir siswa
(olah data Career Maturity Inventory), gambaran domiasi kecerdasan berdasarkan
multiple intelegence, kecenderungan siswa dalam menghargai dirinya (selef-esteem) dan lokus kendali terhadap
keputusan yang telah dibuat serta potensi permasalahan yang dihadapi oleh
siswa. Aplikasi ini disusun dengan harapan membantu pemahaman konselor dan
peserta didik dengan informasi yang lebih kompleks tentang dirinya. Dengan ide
yang sama, kini Akhmad Rifa`i (2011) sedang mengembangkan Aplikasi
Instrumentasi Terpadu berbasis Komputer dengan instrumen yang lebih lengkap dan
kompleks terutama dalam membantu pemahaman diri konselor terhadap peserta didik
dan peserta didik terhadap dirinya.
c. Aplikasi
dengan Software Developer lain.
Selain
dengan perangkat program Excel, telah disusun pula program pendukung BK yang
lain dengan basis visual basic (VB), C++
dan Delphi dengan orientasi sama,
yaitu mempermudah konselor dalam menganalisis perkembangan siswa. Beberapa program
itu ada yang buatan dalam negeri ada pula yang produk luar negeri.
Perangkat
lunak pertama yang bisa deitemui adalah program sociogram. Program ini adalah pengolah data yang membantu konselor
dalam membuat sisogram atau grafik sosiometri dari interaksi individu dalam
kelompok. Dengan menu yang lebih lengkap kemudian Ladys Group[13][13] membuat program yang dilengkapi dengan berbagai
indeks interaksi sosial, sosiogram serta keleluasaan dalam memilih tema
hubungan sosial dalam sebuah kelompok.
Pada
tahun 2007 Universitas Pendidikan Indonesia meluncurkan ATP (Analisis Tugas
Perkembangan) yang merupakan program pengolah data ITP (Inventori Tugas
Perkembangan) dari mulai jenjang siswa SD, SMP, SMA hingga Perguruan Tinggi.
Program ini akan memberikan gambaran tentang bagaimana tingkat ketercapaian
masing-masing tugas perkembangan yang harus dijalanai peserta didik baik pada
jenjang SD, SMP maupun SMA hingga Mahasiswa pada Perguruan Tinggi.
Pada
bidang bimbingan karir, Hartono (2009) menciptakan PLABK-SMA (Perangkat Lunak
Analisis Bimbingan Karir untuk SMA) sebagai produk Disertasinya di Universitas
Negeri Malang. Program ini bertujuan untuk membantu siswa memahami diri,
informasi karir dan pada akhirnya mampu memutuskan pilihan karir secara
mandiri. Konten-konten yang ada dalam program ini bisa selalu di update sehingga informasi-informasi yang
ada lebih relevan sesuai dengan perkembangan zaman.
Berbagai
program diatas adalah gambaran betapa banyaknya produk teknologi informasi yang
seharusnya bisa dimanfaatkan dalam layanan bimbingan dan konseling.
5.
Penampilan Profesional
Konselor dengan Memanfaatkan TI dalam Layanan BK
Jika kita
merujuk pada Permendiknas No. 27 Tahun 2008 tentang Standar Kualifikasi
Akademik dan Kompetensi Konselor (SKAKK) maka, upaya profesionalisasi adalah
harga mati untuk meningkatkan mutu layanan BK. Penggunaan TI adalah salah satu
wujud upaya pengembangan kompetensi yang diharapkan mampu menunjang kinerja
konselor dalam menampilkan kerja yang profesional dalam penyelenggaraan layanan
bimbingan dan konseling.
Sebagaimana
disebutkan pada poin 11 kompetensi profesional konselor dalam SKAKK dimana
konselor harus menguasai konsep dan praksis asesmen untuk memahami
kondisi, kebutuhan, dan masalah konseli seharusnya upaya peningkatan
profesionalitas kerja melalui TI harus menjadi prioritas. Efisiensi serta
efektifitas yang dijanjikan dalam menampilkan kompetensi sebagaimana dimaksud
selayaknya menjadi pertimbangan yang mendorong peningkatan peranan TI dalam
layanan yang diberikan kepada siswa. Sehingga, konselor dapat memberikan
layanan yang up to date sesuai dengan
perkembangan zaman dan perkembangan peserta didik.
Keterampilan dasar yang harus dikuasai oleh konselor dalam menggunakan TI
antara lain adalah:
a. Word
Processing / Publication Desktop untuk menciptakan dokumen layout menarik
b. Menciptakan
laperan berkala visual menarik, efektif menggunakan grafik, infonnatifdan
menarik
c. Database
(dokumentasi siswa) dan Spreadsheet (tabel dan grafik)
d. Presentasi
Multimedia.
e. Sumber daya elektronik dan
internet, yaitu: a) Membuat, mengirim, menerima e-mail, b)Daftar, ambil bagian
diskusi elektronik ( Milis atau mailing list ), c) Mencari, menyaring
infonnasi di internet, d) Mampu menggunakan search Engine, e.) Mampu
ngobrol . ( chatting )
Selanjutnya keterampilan juga harus dimiliki oleh konselor dalam mewujudkan
penampilan seperti yang diharapkan diatas antara lain adalah (Triyanto, 2006):
a. Keterampilan
menggunakan komputer yakni bagaimana menggunakan komputer dengan berbagai
operating system seperti windows xp, windows
7, linux, apple operating system serta android.
b. Keterampilan
dalam menggunakan komputer sebagai alat untuk menulis, membaca dan presentasi
dengan berbagai program yang tersedia seperti microsoft word, microsoft excel, microsoft power point dan lain
sebagainya.
c. Keterampilan
menyusun serta membuat program komputer sebagai penunjang layanan dengan
menggunakan visual basic, C++, Foxpro
dsb. Serta aplikasi pemrograman database
seperti microsoft access, ms. Excel, SQL
Server dsb.
d. Keterampilan
dalam mencari dan mengeksplorasi informasi dengan menggunakan komputer misalnya
web browser serta aplikasi internet
yang lain.
Berbagai
keterampilan serta kompetensi diatas diharapkan mampu meningkatkan
profesionalitas kerja konselor utamanya dalam pemanfaatan TI untuk meningkatkan
efisiensi, efektifitas serta produktifitas layanan bimbingan dan konselong
kepada peserta didik.
6.
Manfaat Teknologi Informasi
Dalam Layanan Bimbingan Dan Konseling
Ada beberapa manfaat yang bisa
didapat dalam melakukan bimbingan dan konseling dengan menggunakan TI. Manfaat
yang dimaksud dijelaskan sebagai berikut.
Bagi siswa sebagai subyek yang
mendapatkan pelayanan bimbingan dan konseling :
a.
Memicu ketertarikan minat siswa untuk memanfaatkan
(mingikuti) bimbingan dan konseling dengan penuh dukungan; minat (interest), sikap (attitude), perhatian (attention),
motivasi (motivation) sehingga merasa
betah untuk melibatkan diri dalam kegiatan layanan bimbingan dan konseling yang
dilaksanakan.
b.
Siswa memperoleh kemudahan proses, efisiensi waktu dan
tenaga dalam kegiatan bimbingan dan konseling, karena dengan menggunakan media
berbasis YI dapat dihindarkan kebosanan akibat monotonitas penerapan metode
konvensional (Hartono, 2010:37-38).
Selain siswa yang
mendapatkan keuntungan, konselor juga dapat memperoleh keuntungan dari
penyelenggaraan bimbingan dan konseling berbantuan TI, yatiu:
a.
Menjadikan konselor sebagai pribadi yang terlatih,
efektif dan efisisen dalam penggunaan ICT.
b.
Menjadikan konselor sebagai pendidik yang memiliki
kepedulian terhadap pendidikan dan penggunaan teknologi informasi dan
komunikasi (ICT).
c.
Menjadikan konselor lebih terampil terhadap tren
penggunaan teknologi dalam bimbingan dan konseling.
d.
Menjadikan konselor memiliki kemampuan untuk
menggunakan sumber – sumber teknologi lain yang dapat dimanfaatkan dalam proses
bimbingan dan konseling.
e.
Menjadikan konselor lebih tertarik untuk mengembangkan
perencanaan penggunaan teknologi dalam bimbingan dan konseling.
f.
Meningkatkan kemampuan evaluasi (assesment) terhadap
efektifitas penggunaan media komputer dalam penyelenggaraan bimbingan dan
konseling.
Beberapa keuntungan diatas menguatkan
pendapat bahwa pelayanan bimbingan dan konseling berbasis TI dapat meningkatkan
kualitas layanan bimbingan dan konseling pada siswa di sekolah.
E.
PENUTUP
Sebagai
penutup penulis hanya ingin berpesan bahwa Teknologi Informasi sebagai
manifestasi dari hasil budaya manusia adalah hal yang bisa membantu mempermudah
kehidupan manusia. Menjadi penting untuk digunakan dalam bimbingan dan
konseling karena tuntutan profesional konselor harus bisa menampilkan kinerja
yang efisien dan efektif dalam memberikan layanan pada peserta didik. Sehingga
potensi kemudahan yang dijanjikan oleh TI layak dipertimbangkan untuk
meningkatkan produktifitas layanan serta kualitas layanan yang diberikan kepada
peserta didik.
F.
DAFTAR PUSTAKA
Abkin. 2008. Penegasan Profesi
Bimbingan dan Konseling Alur Pikir Penataan Pendidikan Profesional Konselor dan
Layanan Bimbingan dan Konseling dalam Jalur Pendidikan Formal. Bandung:
Abkin.
Chaeruman, Uwes A. 2008. Mendorong Penerapan E-learning Di Sekolah. Disajikan dalam Seminar Pendidikan STKIP
Banten, 29 Desember 2008.
Cogoi, Cristina, dkk.
2008. E-Guidance & Virtual career
development. Journal of Career
Development. Iowa: Sage.
Hartono. 2009. Efektifitas
Bimbingan Karier Berbantuan Komputer Terhadap Kemandirian Pengambilan Keputusan
Karier Siswa Kelas XI SMA Negeri 10 Surabaya. Disertasi (tidak
diterbitkan). Malang: Universitas Negeri Malang.
Hidayah, Nur dan Triyono. 2009. Pengembangan Model Konseling Kolaboratif Berbasis ICT. Disajikan
dalam Kongres Nasional ABKIN 2009, Surabaya September 2009.
http://file.upi.edu/antropologibudaya/ diakses 26 Mei
2012
Ifdil. 2011. Penyelenggaraan
Layanan Konseling Online Sebagai
Salah Satu Bentuk Pelayanan E-Konseling. Disajikan dalam
Seminar Internasional Bimbingan dan Konseling Universitas Pendidikan Indonesia
29 s/d 30 Oktober 2011.
Palomba, E. 2007. ICT for Counseling and Careers Guidance Services. Research, Reflections and Innovations in
Integrating ICT in Education. (Leece: Università del Salento), hal. 1.
Permendiknas No. 22 Tahun
2006 Tentang Standar Isi. 2006. Jakarta: Kemenetrian Pendidikan Nasional.
Permendiknas No. 27 Tahun
2008 Tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Konselor. 2008.
Jakarta: Kementtrian Pendidikan Nasional.
Sujono, Herman Dwi dan Abdul
Ghofur. 2010. Potensi Pemanfaatan ICT Dalam Dunia Pendidikan. Cakrawala Pendidikan Juni 2010.
Yogyakarta: Cakrawala Pendidikan.
Susanto, Eko dan Sukri. 2011. E-Sosiometri: Program Analisis Sosiometri untuk Bimbingan dan Konseling
di Sekolah. Disajikan dalam Konvensi Nasional ABKIN XVII Tahun 2011,
Pekanbaru, 17 s/d 18 Desember 2011.
Triyanto, Agus. 2006. Aplikasi Teknologi Komputer
Untuk Bimbingan Dan Konseling. Paradigma,
No. 01 Th. I,Januari 2006. Yogyakarta: Paradigma.
UU No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan
Nasional. 2003. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.
Walter, Sara Meghab . 2003. A School Counseling
Program CD-ROM To Foster Family Midle School Engagement. Journal of Technology in Counseling. (Florida: University of
Central Florida), hal. 1.
Zamroni, Edris. 2011. Efektifitas Bimbingan Karir Berbasis ICT Untuk
Meningkatkan Kematangan Karir Siswa Kelas X-4 SMA 1 Gebog Kudus Tahun
2010/2011. Skripsi (tidak diterbitkan). Kudus: Universitas Muria Kudus.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar