Oleh; Wahid Suharmawan
BIMBINGAN KARIR DI SEKOLAH DASAR
Bimbingan karier di sekolah dasar tidak dimaksudkan untuk mengarahkan anak melakukan pilihan pilihan prematur. fokusnya malahan akan kesadaran akan pilihan pilihan yang bakal tersedia , cara cara mengantisipasi dan merencanakannya ,serta hubungannya dengan cirri cirri pribadi .banyak murid yang perlu mengetahui bahwa mereka akan mempunyai kesempatan kesempatan untuk memilih dan kompetensi untuk melaksanakannya .murid murid ini juga perlu menyadarinya ,bagaimana mereka berubah ,dan bagai mana mereka dapat menggunakan penggalaman penggalaman sekolah untuk menjelajah dan bersiap guna menyongsong masa depan .
Diantara asumsi asumsi yang menyebabkan bimbingan karier mendapatkan kepercayaan disekolah dasar adalah sebagai berikut: (1). Kesadaran bahwa gaya gaya prilaku memilih pada masa remaja dan dewasa di pengaruhi oleh tipe tipe pengalaman perkembangan yang berlangsung pada masa kecil ;(2) terbukti bahwa banyak materi dan teks yang digunakan disekolah sekolah dasar mengambarkan dunia kerja atau dunia pendidikan dimasa depan secara tidak seksama dan membantu perkembangan yang tidak perlu mengenai tipe okupasi okupasi menurut jenis kelamin atau pandangan pandangan yang sempit mengenai kesempatan kesempatan pendidikan atau okupasional yang tersedia ;dan(3) pengakuan bahwa perasaan perasaan mengenai kompetensi pribadi menghadapi masa depan tumbuh dari pengetahuan tentang kelebihan kelebihan .cara cara untuk memodifikasi kelemahan kelemahan ,keterampilan keterampilan dalam merencanakan dan menggunakan sumber sumber eksploratoris yang tersedia ,pemahaman tentang hubungan hubungan antara persekolahan dan penerapannya dalam pekerjaan serta peranan peranan masyarakat lainnya(Herr&Cramer,1984:21) Bimbingan karier sejak permulaan kelahirannya diperlukan sebagian karena komleksitas dunia kerja .Walaupun dunia kerja ini ,juga ini telah diketahui oleh person dan tokoh tokoh bimbingan karier terdahulu lainnya,akan tempak sederhana bila di bandingkan dengan masyrakat ilmiah dan teknologi dewasa ini, dapat dipastikan bahwa program program bimbingan karier dari generasi generasi, sangat bermanfat dalam membantu ribuan anak muda dalam keputusan keputusan ,penempatan penempata dan penyesuaian penyesuaian kariernya .
Dunia kerja dewasa ini terus meningkat dalam ruang lingkupdan komlek sitasnya .sehingga kebutuhan akan bimbingan karier jauh lebih bersar dari pada sebelumyan.di amerika serikat lebih dari 35 ribu jenis pekerjaan yang tercatat pada dictionary of occkupational titles (1965).sehingga jelas sekali bahwa kemungkinan kemungkinan pilihan occovasional tidak terbayangkan.
Berbagai jenis pengalaman yang harus disediakan yang mengakui berbagai latar belakang dan kebutuhan murid murid dari berbagai latar belakang.
Anak Sekolah Dasar pada dasarnya anak-anak pada usia sekolah dasar secara has terbuka kepada dan berintraksi dengan rentang stimuli yang luas dan berbagai perilaku. Dalam antusiasme dan keingin tahuannya yang tak terkendalikan, mereka belum dipaksa oleh realitas realitas sosial yang mengganggu dan yang mengubah persepsi-persepsi dari saudara-saudaranya yang lebih tuah dan banyak orang dewasa dimana mereka beridentifikasi.
Maslow (1959 ) mengemukakan hierarki kebutuhan-kebutuhan dasar sebagai berikut: 1. kebutuhan-kebutuhan fisiologis, 2.kebutuhan-kebutuhan keamanan, 3.kebutuhan akan keikut sertaan dan kecintaan, 4.kebutuhan akan penghargaan, harga diri , kebebasan dan dianggap penting, 5.kebutuhan akan impormasi, 6.kebutuhan akan pengertian, 7.kebutuhan akan keindahan, 8.kebutuhan akan aktualisasi diri.
Tujuan tujuan bimbingan karier di sekolah dasar. Tujuan-tujuan bimbingan karier disekolah dasar adalah tujuan memberikan pengalaman-pengalaman sehingga murid-murid dapat mengerjakan yang berikut (Herr, 1976: 1-2 ):
1. Menyadari bahwa memahami kelebihan kelebihan, nilai-nilai dan perepensi-perepensi seseorang merupakan pondasi bagi pilihan-pilihan pendidikan dan okupasional
2. Mengerti bahwa adalah mungkin mencapai tujuan tujuan masa depan dengan perencanaan dan persiapan yang dilakukan sekarang.
3. mencapai kedadaran akan kompetensi pribadi untuk memilih dan memenuhi syarat syarat dari alternatif alternatif pendidikan danokupasional.
4. mempertimbangkan imlikasi imlikasi dari perubahan dalam diri, pilihan pilihan, dan hubungannya dengan kebutuhan akan lanjutan pendidikan selama hidup
5. memahami kesamaan kesamaan antara keterampilan keterampilan pemecahan masalah dan pengambilan keputusan pribadi
6. mengembangkan dari dasar impormasi yang tidak menyimpang dan tidak stercotif untuk menjadi pedoman merencanakan keputusan keputusan pendidikan dan okupasional selanjutnya
7. memahami bahwa persekolahan terdiri dari banyak kesempatan umtuk menge plorasi dan mempersiapakan kehidupan
8. mengenal hungan hubungan antara keterampilan keterampilan akademik membaca,menulis,berhitung dan bahan pelajaran lainnya dan bagai mana hal ini digunakan dalam pilihan pilihan pendidikan dan pekerjaan dimasa depan
9. mengidentifikasi okupasi okupasi dimana orang orang berkerja dengan oaring lain dengan ide ide, atau dengan bends benda.
10. memperhitungkan hubungan hubungan antara okupasi karier dan gaya hidup.
11. mengambarkan maksud yang pekerjaan sajian untuk orang orang yang tidak sama
12. mempertimbangkan pentingnya penggunaan efektif dari waktu luang.
Norriss(1963:Herr&Cramer,1984:223). Menyarankan konsekuensi bimbingan karier di sekolah sekolah dasar ,khususnya yang berkenaan dengan informasi okupasional:
Taman kanak kanak. Anak mempelajari tentangaktivitas aktivitas kerja ibunya, ayahnya dan angota anggota rumah tangga lainnya
Kelas I Anak belajar tentang perkerjaan dalam lingkungan yang dekat –rumah,sekolah,dan tetangga.
Kelas II Anak belajar tentang pemberi pemberi bantuan jasa dalam masyarakat yang melayaninya dan juga tentang tokoh tokoh dan usaha usaha tetangganya yang dikenalnya.
Kelas III Anak meluaskan studi studinya dalam masarakat .penekananya pada tranfortasi ,komunkasi dan industri indistri utama lainnya.
Kelas IV Anak belajar tentang dunia kerja pada tingkat provinsi termasuk iindistri indusri utama pada provinsi itu .
Kelas V Studi studi anak diperluas sehingga meliputi kehidupan industri nasional .industri industri utama di berbagai bidang bagian dari Negara di pilihnya .
Kelas VI Program anak diperluas sehingga mencakup seluruh bagia dunia (Halverson,1970:56;Herr&Cramer,1984:223).
DAFTAR KEPUSTAKAAN
Allen,L.R(1980). Leisure and its relationship ti work and career guidance vokasional guidance Quarterly,28(3) 257-262.
Brammer,L.M,&Shorrom,E,L(1960).Therapeutik psychology,engle wood cliffs,N.j:prentice-Hall.
BIMBINGAN KARIR DI SEKOLAH LANJUTAN TINGKAT PERTAMA
Bimbingan karir di SLTP merupakan proses bantuan yang dberikan oleh konselor sekolah kepada siswa dalam rangka pemberian informasi karir dan pekerjaan sehingga muncul kesadaran pada diri siswa untuk memilih pekerjaan sesuai dengan bakat, minat dan kemampuan yang dimiliki.
Karakteristik siswa di SLTP, adalah:
1. Siswa berusia antara 12/13 - 15/16 tahun.
2. Tugas-tugas pokok perkembangan yang harus dicapai anak , yaitu:
a. mengenal kemampuan, bakat, minat, serta arah kecenderungan karir.
b. mengembangkan pengetahuan dan keterampilan untuk pendidikan lanjutan.
c. mengenal gambaran dan mengembangkan sikap pribadi yang mandiri.
d. mengarahkan diri pada peranan sosial sebagai pria atau sebagai wanita.
3. Perkembangan kemampuan berpikir anak sudah pada tahap operasional formal, dimana anak sudah mulai berpikir secara abstrak, namun masih perlu bantuan dengan contoh-contoh konkrit dalam kehidupan sehari-hari.
4. Konsep belajar sudah mulai berkembang pada tahap pemahaman, dimana setiap informasi/konsep atau peristiwa belajar dapat dicerna oleh aspek kognitifnya sehingga mereka memperoleh pemahaman diri yang lebih baik.
5. Berada pada tahap perkembangan remaja, sedang mengalami masa pubertas dan mencari identitas diri.
Tujuan umum bimbingan karir di SMP/SLTP adalah memberikan kesempatan pada siswa untuk melibatkan diri secara aktif dalam suatu proses yang dapat mengungkapkan berbagai macam karir. Melalui proses tersebut diharapkan siswa menyadari dirinya, kemampuannya, dan hubungan antara keduanya dengan berbagai karir dalam masyarakat. Tujuan khusus bimbingan karir di SMP adalah:
1. Memahami lebih tepat tentang keadaan dan kemampuan diri para siswa.
2. Membina kesadaran terhadap nilai-nilai yang ada pada diri pribadi siswa.
3. Mengenal berbagai jenis sekolah lanjutan tingkat menegah atas (SMA/MA).
4. Mengenal berbagai jenis pekerjaan.
5. Memberi penghargaan yang obyektif dan sehat terhadap dunia kerja.
Fungsi bimbingan karir di SMP adalah:
Memberikan arahan kepada siswa agar mempunyai wawasan awal yang objektif tentang pendidikan lanjutan dan lapangan pekerjaan
Memberikan bekal tambahan dalam melalui masa peralihan yang sistematis dari status siswa menjadi anggota masyarakat yang produktif.
Memberikan kesempatan untuk mengenal serta membina sikap, minat, dan nilai terhadap dunia kerja.
Ada lima materi pokok bimbingan karir di SMP/SLTP, yaitu:
Pengenalan konsep diri berkenaan dengan bakat dan kecenderungan pilihan karir/jabatan serta arah pengembangan karir.
Pengenalan bimbingan karir khususnya berkenaan dengan pilihan pekerjaan.
Orientasi dan informasi jabatan dan usaha untuk memperoleh penghasilan.
Pengenalan berbagai jenis lapangan pekerjaan yang dapat dimasuki tamatan SMP.
Orientasi dan informasi pendidikan menengah sesuai dengan cita-cita melanjutkan pendidikan dan pengembangan karir.
Bimbingan karir di SMP merupakan kelanjutan dari bimbingan karir di SD, melalui guru pembimbing siswa mendapatkan berbagai informasi tentang karir sehingga dapat membina sikap dan apresiasinya terhadap jenis pendidikan, jenis pekerjaan, dan menelusuri hubungan antara kerja dan waktu luang, memperluas minat kerja, serta memberikan berbagai informasi tentang pekerjaan sehingga memunculkan kesadaran siswa untuk menentukan pilihan pekerjaannya dimasa datang sesuai dengan bakat dan minat yang dimilikinya.
BIMBINGAN KARIR DI SEKOLAH LANJUTAN TINGKAT ATAS
Kematangan Karier siswa
Walaupun baru sedikit yang diketahui tentang kapan para remaja menyatakan pilihan pilihan okupasionalnya ,beberapa estimasi kasar sudah tersedia .Crites (1969) melakukan review terhadap beberapa studi yang berkaitan dan menyimpulkan bahwa sekitar 30 persen siswa bimbang saat di sekolah lanjutan dan perguruan tinggi.Hal ini agak lebih tinggi dari pada penemuan yang lebih muktahir dan fottler dan Bain (1980) yang hanya 18 % dari sample siswa sekolah lanjutan atas di Alabama yang bimbang dan kurang dari studi longitudinal Marr (1956) yang melaporkan bahwa 50 persen subjek tidak membuat sesuatu keputusan hingga usia 21 tahun. .Penelitian Holander (1974) telah menunjukkan bahwa kemampuan mengambil keputusan di antara siswa-siswa sekolah lanjutan atas bervariasi menurut sipat-sipat intelektual siswa .
Perbedaan dalam aspirasi karier , diantara siswa-siswa lanjutan atas ternyata terdapat perbedaan - perbedaan subtansial dalam kebutuhan kebutuhan perkembangan dan kematangan kariernya . Banyak faktor yang menyebabkan perbedaan - perbedaan ini (misalnya, tingkat bantuan orang tua , latar belakang jenis kelamin rasial dan konsep diri, perkembangan dan kesehatan fisik ) Dillart dan Campbell(1981) membandingkan pengaruh dari orang tua terhadap prilaku karier dari 194 orang anak anak dikelas tiga SLTP hingga kelas tiga SLTA . Sampel diambil dari keluarga keluarga yang utuh dan tidak utuh dengan ciri-ciri sosio ekonomik menenggah dan rendah mereka menemukan bahwa orang-orang tua ini secara deferensial mempengaruhi perkembangan karier anak anaknya
Plata(1981) membandingkan aspirasi - aspirasi okupasional dari 40 pria remaja normal dan 40 pria remaja yang mengalami gangguan emosional .dengan menggunakan okupasional aspirasion scale , ia menemukan bahwa taraf aspirasi okupasional pria remaja normal lebih tinggi dari pada kelompok kelompok yang menderita gangguan emosional .
Pound(1978) melakukan studi tentang konsep diri dari 500 siswa pria dan 500 siswa wanita yang dipilih secara acak dari enam sekolah lanjutan pada bagian barat New York dan mencoba memprediksi kematangan karier sub-sub kelompok ras dan jenis kelamin . dengan menggunakan skala sikap dari Vocational Development Inventory (sekarang CMI) dan Tennessee Self-Consep Scale sebagai prediktor - prediktor ia menemukan bahwa konsep diri nampak mempunyai efek yang berbeda pada kematangan karier yang tergantung pada ras dan jenis kelamin peserta.
Perbedaan dalam Perkembangan Karier .
Pandangan tentang perbedaan - perbedaan dalam perkembangan karier diantara siswa siswa lanjutan atas datang dari the nasional Assesment of Educasional progress project on career and occupational Development . Sekitar 37.500 anak anak laki laki dan perempuan antar bangsa termasuk dalam sample .penemuan penemuannya antara lain sebagai berikut (Mitchell,1977).
1. Kebanyakan anak anak umur tujuh belas tahun telah membicarakan secara serius kepada seseorang tentang rencana rencananya di masa depan .rencana rencananya didiskusikan dengan orang tua dua kali lebih sering daripada dengan para konselor advisor atau teman sebaya. Hanya sekitar dua pertiganya merasa bahwa orang lawan bicaranya menyadari kemampuan-kemampuannya.
2. Anak anak laki-laki cendrung lebih percaya kepada kemampuan kemampuannya mengerjakan sesuatu dari pada anak-anak perempuan.
3. Gengsi dan status tercatat dua kali lebih banyak daripada tantangan dan tanggung jawab, kepuasan pribadi, kesempatan dan kemajuan sebagai alasan-alasan untuk menerima promosi dalam pekerjaan.
4. Hanya 2,2 persen dari responden memandang bidang-bidang sekolah dan akademik sebagai aktivitas-aktivitas yang mungkin bermanfaat untuk suatu pekerjaan.
5. Sumber utama untuk mengetahui syarat-syarat suatu pekerjaan adalah observasi terhadap bidang pekerjaan.
6. Hampir semua anak-anak umur tujuh belas tahun telah memikirkan tentang jenis pekerjaan yang mereka suka kerjakan kelak.
Implikasi-implikasi bagi Bimbingan Karier di SLTA
Karena pelajar di sekolah menengah akan sampai pada tingkat kematangan karir yang berbeda melalui rute yang berbeda (lancar atau tidak lancar) aktivitas bimbingan karier harus memiliki tiga penekanan :mendorong perkembangan karier, menyediakan perlakuan,dan membantu penempatan (mengacu kepada perpindahan pelajar ketingkat pendidikan selanjutnya atau kekehidupan pekerjaan.
Kegiatan(aktivitas) bimbingan karier pada sekolah menengah harus bisa mengantar setiap pelajar untuk menangulangi tugas perkembangan menuju perkembangan karier, dan membimbing pelajar kepada kreasi dan prestasi dari seperangkat pilihan dan rencana yang akan di tetapkan.
Penekanan penekanan utama dalam aktivitas aktivitas bimbingan karier untuk berbagai individu haruslah didasarkan pada intensitas perencanaan, kesiapan berpartisipasi dalam kehidupan sebagai pribadi yang independent, dan keterarahan individu-individu kepada tujuan. Dalam hubungan dengan itu, the nasional conference on Guidance, Counseling, and placement in Career Development and Education Occupasional Decision-Making (Cysbers&Pritchard,1969:74) merekomendasikan tujuan-tujuan untuk aktivitas-aktivitas bimbingan karier di sekolah menengah sebagai berikut :
1. Siswa mengembangkan kesadaran akan perlunya implementasi yang lebih khusus dari tujuan-tujuan karier.
2. Siswa mengembangkan rencana-rencana yang lebih khusus guna mengimplementasikan tujuan-tujuan karier.
3. Siswa melaksanakan rencana-rencana untuk dapat memenuhi syarat-syarat memasuki pekerjaan dengan mengambil mata pelajaran di tingkat sekolah lanjutan, dengan latihan dalam jabatan, atau dengan mengejar latihan lebih lanjut di perguruan tinggi atau pendidikan pasca sekolah lanjutan yang mengantar pada kualifikasi-kualifikasi untuk suatu okupasi khusus
Tujuan bimbingan karier di SLTA.
Herr (1976 : 1-2) mengemukakan tujuan tujuan bimbingan karier di SLTA yang meliputi membantu siswa siswa belajar untuk:
1. menunjukkan hubungan antara hasil-hasil belajar, nilai-nilai aspirasi aspirasi pendidikan.dan kariernya
2. menganalisis kompetensi pribadi sekarang dalam keterampilan keterampilan yang diperlukan untuk pilihan-pilihan karier dan mengembangkan rencana-rencana untuk memperkuat keterampilan ini bila di perlukan
3. memegang tanggung jawab dalam perencanaan karier dan konsekuensi- konsekuensinya.
4. siap untuk memenuhi syarat bagi taraf memasuki pekerjaan-pekerjaan dengan mengambil mata pelajaran yang sesuai, dengan pendidikan kooperatif, atau dengan latihan-latihan dalam jabatan.
5. siap untuk memenuhi syarat bagi pendidikan pasca sekolah lanjutan dengan mengambil mata pelajaran yang diperlukan oleh tipe program dan lembaga yang diinginkan (perguruan tinggi,perdagangan,perusahaan.
6. mengembangkan pengetahuan dan keterampilan keterampilan yang berhubungan dengan kehidupan sebagai konsumen.
7. mengembangkan keterampilan-keterampilan yang berhubungan dengan penggunaan efektif waktu luang.
8. secara sistematis menguji realitas pilihan-pilihan karier dengan menghubungkannya dengan hasil belajar dalam mata pelajaran.
DAFTAR KEPUSTAKAAN
Herr,E.L dan SH. Cramer.1979, Career Guidance and Counseling Througth The life Span, Bouston : Brown dan Company.
Prayitno, 1999. Seri Pemandu Pelaksanaan Bimbingan dan konseling di sekolah atas (SMU), Jakarta : Mandiri Abadi
BIMBINGAN KARIR DI PERGURUAN TINGGI
A. Latar Belakang
Dewasa ini perkembangan kondisi ekonomi, social, budaya masyarakat semakin pesat. Dunia sedang memasuki zaman informasi, bangsa-bangsa yang belum maju ada dorongan untuk mengejar ketertinggalannya sehingga dalam waktu yang sesingkat-singkatnya dapat ikut serta memasuki zaman informasi yang pada akhirnya terciptalah era globalisasi. Era globalisasi mengharuskan setiap komponen dari masyarakat untuk berpacu, meningkatkan kompetensi sehingga mampu menjawab tantangan zaman.
Begitu juga halnya dengan lembaga pendidikan, sebagai pencetak generasi penerus bangsa, lembaga pendidikan sudah semestinya bertanggung jawab secara penuh dan terarah untuk mengembangkan kemampuan mahasiswa agar mampu bersaing, termasuk di dalamnya kemampuan untuk mempersiapkan diri untuk masuk ke dunia karir yang diminatinya.
Pada penelitian yang ditemukan Kramer, dkk (dalam Herr, 1996:292) terhadap mahasiswa Universitas Cornell ditemukan 48 % mahasiswa laki-laki dan 61 % mahasiswa perempuan mengalami masalah dalam pilihan dan perencanaan karir. Penelitian lain menemukan bahwa sebagian mahasiswa yang memasuki perguruan tinggi di Amerika menginginkan adanya pendampingan dalam perencanaan karir atau pilihan karir. Dari penelitian tersebut ditemukan betapa butuhnya mahasiswa terhadap pembimbingan (Assistance) terhadap karir yang akan ia tuju. Agus Rianto (2006) mengemukakan banyak tantangan yang akan dihadapi mahasiswa dalam menentukan karir, diantaranya adalah ketidak pastian karir, pengaksesan informasi dan program pengembangan karir, dan tantangan-tantangan ekonomi dan teknologi. Untuk mengantisipasi tantangan-tangan ini perlu bagi perguruan tinggi untuk memberikan pelayanan yang optimal terhadap perkembangan karir mahasiswa
*) Mahasiswa Bimbingan dan Konseling Pascasarjana UNP
A.Muri Yusuf, (2006) mengatakan program Konseling Karir di perguruan tinggi, lebih banyak dikemas untuk: (1) mendorong perkembangan karir, (2) menyediakan treatment dan (3) menolong dalam penempatan. A.Muri Yusuf menegaskan bahwa kemasan konseling karir disatuan pendidikan banyak diwarnai oleh tujuan dan tingkatan satuan pendidikan disatu pihak dan perkembangan diri individu sesuai dengan tugas-tugas perkembangannya dipihak lain. Melalui pendidikan tiap individu mendapatkan wawasan, pengetahuan, dan keterampilan serta penanaman sikap dan nilai-nilai sesuai dengan tujuan satuan pendidikannya.
Mahasiswa sebelum memasuki perguruan tinggi pada umumnya telah menentukan pilihan program studi ataupun jurusan yang akan diambilnya berdasarkan pengetahuan, minat dan bakat serta jenis pekerjaan yang akan diembannya setelah menamatkan pendidikannya nanti.
Pendidikan tinggi dalam hal ini jurusan atau pun program studi telah mempersiapkan seperangkat paket pembelajaran (kurikulum) yang harus diselesaikan mahasiswa dalam waktu tertentu (3 tahun untuk tingkat akademi, dan 4 tahun untuk tingkat strata S1). Kurikulum pendidikan tinggi telah dirancang sedemikian rupa, sehingga mahasiswa yang telah menamatkan pendidikannya sudah memiliki kompetensi sesuai dengan pekerjaan atau jabatan yang akan diembannya.
Dalam kurikulum dikenal dengan kompetensi utama minimal yang terdiri dari Kompetensi Pengembangan Kepribadian.(KPK), Kompetensi Landasan Keilmuan dan Keterampilan (KKK), Kompetensi Keahlian Berkarya (KKB), dan Kompetensi Berkehidupan Bermasyarakat (KBB). Secara terintegratif pelayanan dosen dalam menyajikan perkuliahan menggunakan berbagai metode seperti seminar, workshop, pengalaman lapangan, penelitian dan tugas akhir sesuai dengan tujuan kurikuler dan tujuan institusional. Mengacu kepada kurikulum tersebut dapat dikatakan bahwa pendidikan tinggi merupakan lembaga pendidikan keahlian, keterampilan dan pra occupational.
B. Karakeristik Mahasiswa
Mahasiswa merupakan individu yang sedang menempuh pendidikan tinggi, berumur antara 18-21 tahun (Herr, dkk., 1996:2004). Pada awal abad 19 mahasiswa di perguruan tinggi didominasi oleh mahasiswa yang berjenis kelamin laki-laki, namun pada akhir-akhir ini justru persentase mahasiswa perempuan meningkat sangat pesat, hal ini dipengaruhi oleh banyak faktor (Herr, 1996:293). Berkenaan dengan itu, berdasarkan Ginzberg periode mahasiswa dianggap sebagai periode realistic, selanjutnya, Super menjelaskan bahwa berkenaan dengan karir individu seusia mahasiswa (18-25 tahun) telah sampai pada tahap spesifikasi dan implementasi preferensi dalam pekerjaan.
Berkenaan dengan tugas-tugas perkembangan, Akhmad Sudrajat (2009) menjelaskan bahwa pada periode mahasiswa dapat digolongkan pada masa remaja akhir sampai masa dewasa awal atau dewasa madya, yang intinya pada masa ini merupakan pemantapan pendirian hidup, sehingga tugas perkembangan yang berhubungan dengan karir, yaitu memilih dan mempersiapkan karier masih menjadi tugas perkembangan mahasiswa, yang pada tahap selanjutnya (dewasa awal), tugas perkembangannya akan menjadi :
1. Memilih pasangan.
2. Belajar hidup dengan pasangan.
3. Memulai hidup dengan pasangan.
4. Memelihara anak.
5. Mengelola rumah tangga.
6. Memulai bekerja.
7. Mengambil tanggung jawab sebagai warga negara.
8. Menemukan suatu kelompok yang serasi.
Berkenaan dengan alasan-alasan individu untuk memasuki perguruan tinggi di Amerika, Herr (1996:293) mengemukakan temuan-temuan alas an sebagai berikut :
1. Kepuasan diri
Mmeliputi pencarian terhadap identitas diri dan pemenuhan diri
2. Mengejar karir
Dalam hal ini mahasiswa memandang pendidikan di perguruan tinggi sebagai alat untuk mencapai tujuan profesi atau pekerjaan tertentu, dalam hal ini perguruan tinggi dianggap sebagai alat/cara yang dapat ditempuh untuk mencapai tujuan yang diinginkan oleh individu pada kehidupannya dimasa akan datang
3. Untuk menghindar.
Hal ini dilakukan mahasiswa yang menempuh pendidikan di perguruan tinggi sebagai jalan untuk menghindari sesuatu hal (wajib militer, keharusan bekerja), dan bukan karena sesuatu hal yang positif dan keinginan tidak sungguh-sungguh berasal dari hatinya.
Penelitian yang dilakukan Clark & Trow (dalam Herr, 1996:293) ditemukan ada empat budaya mahasiswa yang dominan, yaitu:
1. Collegiate
Budaya ini berkenaan dengan keinginan mahasiswa yang mengejar kesenangan, seperti: bermain baseball, futball, catur dll. Mahasiswa tidak serius dalam menjalani perkuliahannya. Jika dikaitkan dengan trilogy sukses yang dikemukakan Prayitno (2007:1), mahasiswa yang memiliki tipe budaya/kebiasaan seperti ini cenderung hanya mengejar sukses dalam bidang social.
2. Vokasional
Berkenaan dengan pengejaran keterampilan-keterampilan untuk dapat digunakan dalam bekerja pada masa akan datang,
3. Akademik
Tipe ini berkenaan dengan pengejaran pengetahuan, mahasiswa yang memiliki budaya seperti ini mengedepankan kegiatan akademik untuk mencapai tujuan yang diinginkan
4. Non Konformis
Tipe ini berkenaan dengan pengejaran identitas pribadi yang sesuai/cocok.
Dalam hal Kelas sosio-ekonomis, ada suatu hubungan linier antara penghasilan keluarga dengan keberadaan anak di perguruan tinggi, jika penghasilan keluarga meningkat maka kesempatan anak-anak untuk memasuki pendidikan di perguruan tinggi juga meningkat. Hal ini menyebabkan sekolah kejuruan mulai ditinggalkan. Secara tradisional, perguruan tinggi dipandang sebagai alat untuk melakukan mobilitas ke atas (Herr, 1996:294).
Selanjutnya, kebanyakan orang memilih pendidikan di perguruan tinggi dikarenakan mereka merasa akan mendapat pengembalian-pengembalian, baik berupa kepribadian, maupun dalam hal keuangan. Ini tidak bisa dipungkiri bahwa orang menuntut ilmu untuk memiliki kehidupan yang baik di masa akan datang.
C. BIMBINGAN KARIR DI PERGURUAN TINGGI
Pelayanan bimbingan dan konseling di perguruan tinggi, khususnya bimbingan konseling dan karir, pada prinsipnya telah dilaksanakan sejak tahun 1981. Pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling ini diawali dengan pelatihan dosen perguruan tinggi negeri di dua fakultas psikologi yaitu Universitas Indonesia dan Universitas Padjajaran selama tiga bulan. Dalam pelatihan tersebut masing-masing dosen perguruan tinggi telah menyusun program bimbingan dan konseling untuk perguruan tinggi masing-masing. Pelaksanaannya belum seperti yang diharapkan, karena pimpinan perguruan tinggi ataupun pemerintah belum mampu memfasilitasi berdirinya biro atau pusat pelayanan bimbingan dan konseling. Suatu yang menggembirakan, beberapa IKIP waktu itu telah melaksanakannya termasuk IKIP Padang yang sekarang beralih nama menjadi Universitas Negeri Padang (UNP). Biro Bimbingan dan Konseling inilah yang menjadi cikal bakal berdirinya Unit Pelaksanaan Bimbingan dan Konseling (UPBK).
Tahun 1996, UPBK berkembang dengan adanya Proyek Dirjen Dikti Depdikbud Student Support Services And Career Planning Development (3SCPD). Pelaksanaan di tingkat Departemen adalah Dosen PTN, khususnya dari IKIP Padang (Prof.Dr. A.Muri Yusuf, dkk). Proyek ini mengembangkan pelayanan Bimbingan dan Konseling di Perguruan Tinggi Negeri se Indonesia yang langsung melibatkan mahasiswa dengan berbagai jenis layanan bimbingan dan konseling. Sesuai dengan nama proyeknya, di samping mambantu masalah akademik mahasiswa, juga membantu rencana pengembangan karier mahasiswa. Tahun 2000-an proyek ini berakhir, pengembangan selanjutnya diserahkan kepada perguruan tinggi masing-masing.
Herr, dkk. (1996:294) mengungkapkan hal-hal yang harus diperhatikan perguruan tinggi dalam rangka mengembangkan pelayanan bimbingan karir terhadap mahasiswa, yaitu :
1. Komitmen Institusi
Agar mahasiswa memiliki perencanaan yang baik terhadap karir dan kehidupannya di masa akan dating, dibutuhkan komitmen/keteguhan hati yang sungguh-sungguh dari lembaga pendidikan tinggi itu sendiri. Survey yang dilakukan Reardon, dkk(dalam Herr, dkk. 1996:295) ditemukan program bimbingan karir yang dibutuhkan mahasiswa diantaranya berkenaan dengan informasi pekerjaan, informasi pendidikan yang sedang ditempuh, informasi pengungkapan diri mahasiswa, pelatihan pengambilan keputusan, konseling kelompok berkenaan dengan karir, dsb. Hal ini tentunya membutuhkan komitmen yang kuat dari seluruh komponen di perguruan tinggi, termasuk pimpinan, dosen dan karyawan, untuk mengembangkan karir mahasiswanya.
2. Pertimbangan Perencanaan
Berhubungan dengan kesegeraan bimbingan karir yang diberikan kepada mahasiswa, jangan sampai informasi/pelayanan yang diberikan tidak lagi dibutuhkan oleh mahasiswa dalam rangka pengembangan dirinya.
3. Pelayanan yang Komplek
Meliputi hal hal sebagai berikut :
a. Career Advising
Hal ini berkaitan dengan peran penasehat akademis dalam mencapai tujuan pendidikan yang sedang ditempuh serta hubungan antara kurikulum program studi yang ditempuh dengan kesempatan karir nantinya
b. Konseling Karir
Konseling karir merupakan bantuan yang diberikan oleh konselor dalam rangka membantu mahasiswa untuk evaluasi diri dan pengentasan permasalahannya yang berkenaan dengan karir.
c. Perencanaan Karir
Merupakan arahan yang akan dipakai mahasiswa dalam mengenal dunia kerja dan mengarah kepadanya.
Ke tiga komponen tersebut saling berhubungan dan akan bisa dilaksanan dengan pembentukan lima komponen dalam universitas yaitu :
a) Program universitas/perguruan tinggi dalam pendidikan karir secara terstruktur dan komprehensif
b) Badan/unit tertentu yang melayani untuk mahasiswa dan penasehat akademis dalam rangka informasi karir dan penempatan karir
4. Penasehat akademis dengan berbagai pengetahuannya.
5. Pusat adminsitrasi pelayanan akademik yang secara sungguh-sungguh memiliki waktu dan kemauan yang tinggi untuk membantu mahasiswa
6. Badan/unit konseling dan penasehat akademik.
Tujuan bimbingan karier adalah untuk membantu mahasiswa memahami perencanaan karier dan proses penempatan setelah mereka menamatkan perguruan tinggi. untuk mencapai tujuan tersebut diperlukan adanya:
1. Bantuan dalam pemilihan bidang pelayanan utama
2. Bantuan dalam penilaian diri dan analisis diri
3. Bantuan dalam memahami dunia karier
4. Bantuan dalam pengambilan keputusan
5. Bantuan dalam memasuki dunia kerja
D. Program Bimbingan Karir di Perguruan Tinggi
Herr, dkk (1996, 300) mengemukakan bahwa program konseling kelompok, konseling individual dan konseling teman sebaya merupakan pendekatan yang banyak dilakukan dalam pemberian pelayanan bimbingan dan konseling karier. Prosedur dan kegiatan yang dapat digunakan dalam menyusun pedoman karier dan konseling mahasiswa perguruan tinggi ialah:
1. Melakukan seminar karier dengan melibatkan lembaga penerima tenaga kerja (konsumen) dengan mahasiswa dan PT.
2. Menyusun program intensif yang dapat memberi pengalaman dalam beberapa disiplin ilmu.
3. Melakukan aplikasi instrumen, sebagai balikan bagi mahasiswa dalam upaya pemahaman dirinya.
4. Menugaskan mahasiswa melakukan interview kapada karyawan suatu pekerjaan.
5. Kunjungan perpustakaan, bursa kerja dan pertemuan-pertemuan karier yang banyak dilakukan pengusaha.
6. Konselor menginformasikan berbagai jenis dan persyaratan berbagai macam pekerjaan yang mungkin dapat dilamar mahasiswa setelah tamat kuliah.
Jenis Konseling yang dapat digunakan dalam konseling/bimbingan karir di perguruan tinggi adalah :
1. Layanan Orientasi
Dalam layanan ini mahasiswa bisa diperkenalkan terhadap lingkungan kerja dengan cara melakukan kunjungan-kunjungan ke dunia usaha dan dunia industri.
2. Layanan Informasi
Konselor bekerja sama dengan program studi perlu memberikan dan menyediakan layanan informasi karir, informasi ini dilakukan agar mahasiswa mampu mengenal secara jelas arah pembinaan yang akan dijalani mahasiswa dan sekaligus memandang ke depan tentang apa yang hendak dicapai dan diterapkan setelah lulus nantinya. Walters dan Saddlemire (dalam Herr, 1996:292) menyatakan bahwa 85% dari mahasiswa Universitas Negeri Green Bowling membutuhkan informasi karier, berkenaan dengan :
a Pekerjaan yang sesuai dengan dengan jurusan yang diambilnya
b Tempat dan personil yang dapat membantu perencanaan karier
c Pengalaman langsung dan kunjungan kerja serta kerja separoh waktu tentang pekerjaan yang diyakininya.
d Pemahaman diri (potensi diri) untuk memantapkan pilihan pekerjaan yang sesuai dengan pensifatan yang dimilikinya.
e Pengetahuan dan keterampilan tentang pasar kerja.
f Membantu merencanakan perkuliahan yang fleksibilitas dalam memilih beberapa pekerjaan yang berbeda
Selanjutnya, informasi karir perlu dilengkapi dengan informasi lowongan karir yang memperlihatkan “keberadaan” karir tersebut di lapangan, khususnya tentangjumlah posisi yang ada, di mana lowongan itu ada, penerimaan masyarakat terhadap karir tersebut, dan hal-hal lain yang perlu dikembangkan berkenaan dengan karir yang dimaksudkan itu (Prayitno, 2007:7). Lebih jau, informasi setiap karir dapat diuraikan lebih rinci lagi dengan mengembangkan berbagai tuntutan ataupun kondisi yang dikehendaki dari orang-orang atau tenaga yang memiliki kehendak/minat memasuki pekerjaan/karir yang dimaksudkan itu, seperti persyaratan ijazah, umur dan jenis kelamin, penguasaan keterampilan dan pengalaman, riwayat diri dan pekerjaan, kesehatan, kemampuan khusus dan lulus seleksi. Dengan informasi karir yang diberikan tersebut, dapat memberikan arahan yang nyata kepada mahasiswa tentang pekerjaan-pekerjaan apa saja yang akan diampu
Selain informasi karir yang dimaksud, juga bisa diberikan informasi kepada mahasiswa secara klasikal bagaimana mengembangkan dirinya secara optimal Contoh : Layanan informasi tentang Meniti Karir, dengan bagian-bagian penjelasan berkenaan dengan kenali diri, citra diri, yakin dan percaya terhadap diri, mengatur diri, pengendalian diri, berpikir menang-menang, bersikap positif dan proaktif, motivasi diri, sikapi pekerjaan dengan semangat yang tinggi, tingkatkan diri secara berkelanjutan, dahulukan apa yang utama dan penting, selesaikan apa yang telah anda mulai, mengelola krisis secara kreatif, dan berdoa dan berserah diri kepada tuhan yang maha kuasa (A. Muri Yusuf, 2002:88).
3. Layanan Penempatan dan Penyaluran
Bagi mahasiswa di perguruan tinggi, pilihan dan penempatan mereka pada program/jurusan yang sesuai dengan “siapa dia” sangat penting, karena pilihan program studi yang tidak tepat akan mengakibatkan persiapan arah karir mereka tidak berada pada jalur yang benar (A.Muri Yusuf, 2002:60), oleh karena itu Konselor melalui lembaga yang menaunginya perlu memperhatikan hal ini.
4. Konseling Perorangan
Mayoritas masalah mahasiswa ialah kemungkinan-kemungkinan bekerja sambil kuliah, ekonomi orang tua lemah, kesulitan biaya hidup mempersiapkan diri mengikuti persaingan untuk masuk kerja.
5. Bimbingan dan Konseling Kelompok
Permasalahan yang banyak muncul dari mahasiswa diantaranya takut menjadi pengangguran, salah pilih program studi, memilih alternatif pekerjaan, upaya mendapatkan pekerjaan paroh waktu (part time), tidak memahami potensi diri dan sebagainya, yang tentunya dalam pelayanan konseling bisa dilaksanakan konseling kelompok, hal-hal berkenaan dengan fenomena-fenomena di lapangang tentang suatu hal, seperti : mempersiapkan diri menempuh ujian CPNS, pelayanan konseling yang dapat diberikan adalah layanan bimbingan kelompok, baik topic tugas maupun topic bebas.
6. Instrumentasi
Penggunaan instrument untuk pengungkapan potensi dasar individu, minat dan kecendrungan pribadi, sikap dan kebiasaan bertingkah laku dapat diberikan kepada mahasiswa sehingga konselor akan mengetahui arah pengembangan karir mahasiswa, yang terutama mahasiswa memahami potensi dasarnya.
7. Lembaga Khusus
Untuk mengakomodir dan memberikan pelayanan bimbingan karir yang baik bagi mahasiswa sehingga mampu berkembang dengan optimal, masing-masing perguruan tinggi perlu membentuk lembaga khusus yang mewadahi untuk itu. Prayitno (2007:135) mengungkapkan perguruan tinggi perlu membentuk Unit Pelayanan Konseling (UPK) yang memberikan pelayanan konseling kepada mahasiswa dan klien-kliennya, baik dari dalam maupun dari luar kampus. UPK ini akan mengelola pelayanan kepada mahasiswa dalam arti luas yaitu, pelayanan pra perguruan tinggi, pelayanan era perguruan tinggi dan pelayanan pasca perguruan tinggi. Pelayanan pra perguruan tinggi diperlukan untuk menjangkau siswa-siswa SLTA yang akan memasuki PT sebagai informasi awal tentang program studi yang akan diikuti sehingga mampu merencanakan karir yang lebih baik dan sesuai dengan potensinya, pelayanan era perguruan tinggi diberikan kepada mahasiswa yang sedang menjalani perkuliahan di kampus, untuk lebih memantapkan pengembangan keilmuannya, sedangkan pelayanan pasca perguruan tinggi diberikan terhadap alumni-alumni sebagai upaya untuk memasuki dunia kerja.
Selain itu, perguruan tinggi perlu membentuk pusat tenaga kerja, yang berusaha untuk memfasilitasi mahasiswa terhadap kebutuhan tenaga kerja di lapangan (Herr, 1996:307).
E. Penutup
Bimbingan dan konseling karier di perguruan tinggi luar negeri dan dalam negeri, ternyata tidak ada perbedaan yang berarti, baik jenis layanan maupun isi layanan. Baberapa kesimpulan yang dapat dirumuskan ialah:
a. Pemahaman potensi diri (pensifatan), sebaiknya di ketahui sebelum memilih program studi di perguruan tinggi dan memilih pekerjaan yang sesuai setelah tamat di PT.
b. Informasi tentang karier yang sesuai dengan program studi mahasiswa sangat dibutuhkan, seperti peluang-peluang yang ada, persyaratan melamar pekerjaan, tugas pokok dan fungsi pekerjaan, prospek pengambangan dan penggajian
c. Peluang kerja separoh waktu (bekerja sambil belajar sangat diminati mahasiswa, karena mereka umumnya datang dari keluarga yang kurang mampu).
d. Pelayanan bimbingan dan konseling karier di perguruan tinggi sangat di butuhkan mahasiswa. Kerja sama UPBK dan Unit Pelayanan Jass serta organisasi alumni akan memperbesar dan memperluas informasi kerja berguna bagi mahasiswa.
Demikian makalah ini disusun, semoga ada manfaatnya dalam pengembangan kegiatan pelayanan bimbingan dan konseling karier di Perguruan Tinggi.
Daftar Bacaan
A. Muri Yusuf, (2002). Kiat Sukses Dalam Karir. Ghalia Indonesia
A.Muri Yusuf, (2006). Konseling Karier dalam Satuan Pendidikan dan Praktik Pribadi, (Makalah). Padang, Universitas Negeri Padang.
Edwin L. Herr, and Stenley H.Cramer, (1992). Career Guidance and Counseling Trough the Life Span, Systematic Approuches, New York, Harper Collins Publisher.
Prayitno, (2007). Peningkatan Potensi Mahasiswa. UNP Press: Padang
Tidak ada komentar:
Posting Komentar