Oleh Wahid Suharmawan
Dalam setiap hubungan dan interaksi dengan berbagai tingkatan dan perbedaan latar belakang, mengetahui ego state adalah sebuah langkah yang sangat ideal. Mengetahui egostate lawan bicara akan membuat kita menggunakan bahasa yang se visi dengan lawan bicara kita, Ada 3 egostate yang akan dibahas dalam posting kali ini, pertama adalah egostate anak, kedua adalah egostate dewasa dan ketiga adalah egostate orang tua.
Setiap egostate terwakili oleh beberapa symbol yang melambangkan kekuatan karakter atau sifat dari individu dengan egostate tertentu. Anak bisa berada dalam tahap egostate anak, dewasa bahkan orang tua. Anak yang memiliki egostate anak maka dia akan menggunakan bahasa paedagogik, bahasa anak - anak dengan tingkat ketajaman analisa yang rendah, segala hal dilihat dari segi penampilan dan fisik belum dinilai dari segi kualitas. Seorang anak memilih baju maka warna, kemudian sablon, menjadi bahan pertimbangan pertama, meskipun merknya lebih branding menurut orang dewasa jika warnanya tidak atrractive maka anak kurang tertarik, secara fisik mereka melihat kaos dari sudut luar bukan dari kenyamanan. Anak yang beregostate dewasa mulai menggunakan analisis dalam menilai sesuatu, jika saya mencubit teman saya maka dia akan balas mencubit saya. Anak dengan egostate dewasa bisa terbentuk karena urutan dalam kelahiran, pengalaman dan kejadian hidup. Pengasuhan orang tua dll.
Anak dengan egostate orang tua maka dia akan menampilkan kesan bijaksana dalam melakukan segala sesuatu, Tidak usah bertengkar sekarang kita main yang lain aja yuk .. yang penting teman - teman bisa main bersama, kalo PS khan cuma 2 orang, sementara kita khan 7 orang. Selain kematangan secara emosi pada umur anak - anak, mereka lebih kebal terhadap tekanan mental yang menimpa mereka, bisa terjadi karena secara continue mereka mendapatkan cara asuh yang benar, mereka mampu menempatkan diri secara wajar dalam segala situasi, bahkan terlihat berwibawa dikalangan anak - anak.
Dewasa dengan egostate anak. Kebayang gak sih orang berusia sekitar 28 tahun tapi tingkahnya kaya anak SMP, masih sering urakan, masih sering cari perhatian, masih sering bertingkah laku seenaknya sendiri seperti tidak sadar kalau dia sudah besar.. perilakunya nyaris seperti anak usia belasan tahun, dalam bertutur dan berperilaku masih seperti anak ABG yang demen istilah gaul, memakai aksesoris gaul, jangankan diajak debat, diajak diskusi pasti pengen menang sendiri, maklum anak - anak. Dewasa dengan egostate dewasa, alias sesuai dengan porsinya, tidak mudah terpancing emosi tapi juga belum begitu bijak, dalam melakukan segala hal masih menggunakan logika dan akal sehat belum dengan olah jiwa dan olah rasa, Segala hal dilihat dengan rasionalisasi. Bahkan untuk perbuatan buruk sekalipun akan dirasionalisasi sebagai kebenaran.
Dewasa sebagai orang tua, dalam usia muda sudah bisa menuntun orang lain menuju ke arah yang lebih baik, bisa karena kedalaman ilmu, bisa pula karena ketinggian dari filosofi yang dia pahami, bisa terbentuk karena pengalaman hidup dan interaksi dengan orang - orang yang bijaksana. Dengan penuh pertimbangan semua ucapan dan perilaku dia lakukan dengan sangat hati - hati, bahkan dia memegang pepatah jawa, digdoyo tanpo aji, menang tanpo ngasorake dan nglurug tanpo bolo atau menang tanpa ilmu tenaga dalam, menang tanpa harus mengalahkan, dan mendatangi musuh tanpa banyak teman.
Orang tua dengan egostate anak, wah ini jelas bahaya, bisa rebutan acara televisi dengan anaknya, rebutan pergi ke kamar mandi dengan anak, bahkan jika anak berani mengambil makan duluan bisa dihukum gak boleh makan. Orang tua egostate dewasa bertingkah lebih tenang tapi masih belum bijak, sering melakukan segalanya dengan pertimbangan rasio dan akal sehat jika anaknya mencintai seseorang maka latar belakang pekerjaan selalu menjadi bahan kajian utama, keturunan kyai atau keturunan preman diperhatikan dengan seksama. Orang tua yang beregostate orang tua maka ini adalah pemimpin dalam segala situasi, jangankan marah. Ketika segala sesuatu tidak sesuai dengan apa yang dia harapkan maka dia akan menyusun rencana bagaimana mengubah kejadian tersebut agar menjadi lebih baik, jangan harap orang tua dengan egostate orang tua menyalahkan orang lain. Dengan kebijaksanaan dan kematangan berfikirnya maka dia mampu menyelesaikan masalah tanpa masalah. Jika anda menemukan seorang ulama besar karismatik maka dia berada dalam orang tua dengan egostate orang tua. Apakah anda sudah sadar di posisi mana anda berada?
Sumber: http://konselorindonesia.blogspot.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar