Jumat, 13 Maret 2015

PROSEDUR UMUM PELAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELING

Ditulis ; Wahid Suharmawan

A.    Prosedur Umum Pelaksanaan BK
1.      Identifikasi Kasus
Identifikasi kasus merupakan upaya untuk menemukan peserta didik yang diduga memerlukan bimbingan dan konseling. Robinson (dalam Abin Syamsuddin Makmun, 2003) memberikan beberapa pendekatan yang dapat dilakukan untuk mendeteksi peserta didik yang diduga membutuhkan layanan bimbingan dan konseling, yaitu:
  • Call them approach. Melakukan wawancara dengan memanggil semua peserta didik secra bergiliran agar dapat mengetahui siapa yang benar-benar membutuhkan layanan konseling.
  • Mantain good realitionship. Menciptakan hubungan yang baik dengan penuh keakraban sehingga tidak terbentuk jarak pemisah antara guru pembimbing dengan peserta didik.
  • Developing a desire for counseling. Menciptakan suasana yang menimbulkan penyadaran peserta didik akan masalah yang dihadapinya.
  • Melakukan analisis terhadap hasil belajar peserta didik. Dengan cara ini dapat diketahui tingkat dan jenis kesulitan atau kegagalan belajar yang dihadapi peserta didik.

Melalukan analisis sosiometris. Dengan cara ini dapat ditemukan peserta didik yang diduga menggalami kesulitan penyesuaian sosial.

2.      Identifikasi Masalah
Merupakan lanjutan setelah identifikasi kasus yang ditemukan serta merupakan upaya untuk memahami jenis, karakteristik kesulitan atau masalah yang dihadapi peserta didik. Dalam konteks proses belajar mengajar, masalah peserta didik dapat berkenaan dengan aspek subtansial-material, struktural-fungsional, behavioral, dan personality. Untuk mengidentifikasi masalah yaitu menggunakan suatu instrumen yang dikembangkan oleh Prayitno, disebut dengan Alat Ungkap Masalah (AUM). Instrumen ini sangat membantu dalam mendeteksi kesulitan yang dihadapi peserta didik, seputar aspek jasmani dan kesehatan, diri pribadi, hubungan sosial, ekonomi dan keuangan, karier dan pekerjaan, pendidikan dan pelajaran, agama nilai dan moral, hubungan muda-mudi, keadaan dan hubungan keluarga, dan waktu senggang.

3.      Melakukan Diagnosis
Dalam konteks proses belajar mengajar, faktor-faktor penyebab kegagalan belajar peserta didik, bisa dilihat dari segi input, proses, ataupun output belajarnya.
Dalam melakukan diagnosis, pembimbing atau konselor harus berhati-hati ketika menyimpulkan temuan masalah yang diketahui, karena kesalahan mengdiagnosis permasalahan akan berakibat fataldalam memberikan layanan bimbingan dan konseling. Oleh karena itu, diperlukan kerjasama antarseluruh komponen terkait sehingga diagnosis akan menjadi tepat.

4.      Remedial dan Alih Tangan Kasus
Jika jenis dan sifat serta sumber permasalahannya masih berjaitan dengan sistem pembelajaran dan masih berada dalam kesanggupan dan kemampuan guru atau konselor, pemberian bantuan bimbingan dapat dilakukan oleh guru maupun guru bimbingan itu sendiri. Namun, jika permasalahannya menyangkut aspek-aspek kepibadian yang lebih mendalam dan lebih meluas maka selayaknya tugas guru pembimbing hanya sebatas membuat rekomendasi kepada ahli yang lebih kompeten atau dengan kata lain memberikan reveral kepada ahlinya.

5.      Evaluasi dan Follow Up
Tahap ini merupakan langkah terakhir dalam prosedur pelaksanaan bimbingan dan koseling. Depdiknas telah memberiksn kriteria-kriteria keberhasilan layanan bimbingan dan konseling, yaitu:
  • Berkembangnya pemahaman baru yang diperoleh peserta didik berkaitan dengan masalah yang dibahas.
  • Perasaan positif sebagai dampak dari proses dan materi yang dibawakan melalui layanan
  • Rencana kegiatan yang akan dilaksanakan oleh peserta didik sesudah pelaksanaan layanan dalam rangka mewujudkan upaya lebih lanjut guna pengentasan masalah yang dialaminya.
B.     Jenis Layanan dan Kegiatan Bimbingan dan Konseling
1.      Layanan Orientasi
Layanan orientasi adalah layanan bimbingan yang dilakukan untuk memperkenalkan siswa baru dan atau seseorang terhadap lingkungan yang baru dimasukinya. Berikut ini terdapat beberapa layanan orientasi, yaitu:

a.       Landasan Orientasi di Sekolah
Allan & McKean (1984) menegaskan bahwa tanpa program-program orientasi, periode penyesuaian untuk sebagian besar siswa berlangung kira-kira tiga atau empat bulan. Dalam kaitan itu penelitian Allan & McKean menunjukkan beberapa hal yang perlu mendapat perhatian, yaitu:
Program orientasi yang efektif mempercepat proses adaptasi; dan juga memberikan kemudahan untuk mengembangkan kemampuan memecahkan masalah.
Murid-murid yang mengalami masalah penyesuaian ternyata kurang berhasil disekolah.
Anak-anak dari kelas sosio-ekonomi yang rendah memerlukan waktu yang lebih lama untuk menyesuaikan diri daripada anak-anak dari kelas sosio-ekonomi yang lebih tinggi.

b.      Metode layanan orientasi sekolah
Keluasan dan kedalaman masing-masing pokok materi di atas yang disampaikan kepada siswa disuaikan dengan jenjang sekolah dan tingkat perkembangan anak.

c.       Layanan Orientasi di Luar Sekolah
Demikian juga individu-individu yang memasuki lingkungan baru di luar (seperti pegawai baru, anggota baru suatu organisasi, bekas narapidana yang kembali ke masyarakat setelah sekian lama menjalani masa hukumannya, dan tidak terkecuali pengantin baru) memerlukan orientasi tentang lingkungan barunya itu.

2.      Layanan Informasi
Layanan informasi merupakan kebutuhan yang amat tinggi tingkatannya. Lebih-lebih apabila diingat bahwa “masa depan adalah abad informasi”, maka barang siapa tidak memperoleh infomasi, maka ia akan tertinggal dan kehilanan masa depan.

a.       Jenis-jenis Informasi
1.      Informasi Pendidikan
Dalam bidang pendidikan banyak individu yang berstatus siswa atau calon siswa yang dihadapkan pada kemungkinan timbunya masalah atau kesulitan.

2.      Infomasi Jabatan
Saat-saat transisi dari dunia pendidikan ke dunia kerja sering meruapan masa yang sangat sulit bagi banyak orang muda. Kesulian itu terletak tidak saja dalam mendapatkan jenis pekerjaan yang cocok, tetapi juga dalam penyesuaian diri dengan suasana kerja yang baru dimasuki dan pengembangan diri selanjutnya.

3.      Informasi Sosial-Budaya
Masyarakat Indonesia dikatakan juga masyarakat yang majemuk, karena berasal dari berbagai suku bangsa, agama dan adat-istiadat serta kebiasaan-kebiasaan yang berbeda. Perbedang-perbedaan ini sering pula membawa perbedaan dalam pola dan sikap hidup sehari-hari. Namun demikian, perbedaan-perbedaan itu tetap dalam kesatuan sebagaimana tertera dalam Lambang Negara Indonesia “Bhinneka Tunggal Ika”.

b.      Metode layanan informasi di sekolah
Ceramah: merupakan metode pemberian informasi yang paling sederhana, murah dan mudah, alam arti metode ini dapat dilakukan oleh setiap petugas bimbingan di sekolah.
Diskusi: diskusi ini dapat diorganisasikan baik oleh siswa maupun guru.
Karyawisata: merupakan salah satu bentuk kegiatan belajar mengajar yang telah dikenal secara meluas, baik oleh masyarakan sekolah maupun masyarakat umum.
Buku panduan: buku-buku panduan dapat membantu siswa dalam mendapatkan banyak informasi yang berguna.

c.       Layanan informasi di luar sekolah.
Sebagaimana layanan orientasi, layanan informasi juga banyak diperlukan oleh warga masyarakat di luar sekolah. Cara-cara penyajian informasi kepada masyarakat, sebagaimana cara-cara penyajian orientasi, juga amat tergantung pada jenis informasi yang diperlukan dan siapa yang memerlukannya. Peranan konselor diluar sekolah dapat berada di lembaga-lembaga seperti LBH, puskesmas, biro perjalanan, kursus-kursus, pusat-pusat pengembangan keterampilan dan pemberian jasa perlu ditonjolkan, atau membentuk lembaga sendiri, seperti “Biro Pelayanan Orientasi dan Informasi”.

Daftar pustaka:
Prayitno dan Amti, Erman.2009.Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling.Jakarta: Rineka Cipta
Nelson, Richard dan Jones.2012.Pengantar Keterampilan Konseling.Yogyakarta: Pustaka Pelajar



Tidak ada komentar: